Secara
etimologi kata ambatik berasal dari kata tik yang berarti kecil/titik dapat
diartikan menulis atau menggambar serba rumit (kecil-kecil). Batik sama artinya
dengan menulis. Tetapi batik secara umum memiliki arti khusus yaitu melukis
pada kain mempergunakan lilin (malam) dengan mempergunakan canting).
Yang
dimaksud dengan teknik membuat batik adalah proses pekerjaan dari tahap
persiapan kain sampai menjadi kain batik. Pekerjaan persiapan meliputi segala
pekerjaan pada kain mori hingga siap dibuat batik seperti nggirah/ngetel
(mencuci), nganji (menganji), ngemplong (seterika), kalendering. Sedangkan
proses membuat batik meliputi pekerjaan pembuatan batik yang sebenarnya terdiri
dari pembuatan motif, pelekatan lilin batik pada kain sesuai motif,, pewarnaan
batik (celup, colet, lukis /painting, printing), yang terakhir adalah
penghilangan lilin dari kain . Teknologi pembuatan batik di Indonesia pada
prinsipnya berdasarkan Resist Dyes Technique (Teknik celup rintang)
dimana pembuatannya semula dikerjakan dengan cara ikat – celup motif yang
sangat sederhana, kemudian menggunakan zat perintang warna. Pada mulanya
sebagai zat perintang digunakan bubur ketan, kemudian diketemukan zat perintang
dari malam(lilin) dan digunakan sampai sekarang
Untuk
membuat motif batik umumnya dilakukan dengan cara tulis tangan dengan canting
tulis (batik tulis atau batik painting), menggunakan cap dari tembaga disebut
(batik cap), dengan jalan dibuat motif pada mesin printing (batik printing),
dengan cara dibordir disebut batik bordir, serta dibuat dengan kombinasi
kombinasi cara-cara yang telah disebutkan.
Di
pasaran kain batik dibedakan menjadi 2 jenis berdasarkan cara pembuatan motif
batiknya. Yang pertama adalah Kain batik yaitu kain yang motifnya bercorak
batik yang dibuat/digambar dengan cara pelekatan lilin (malam). Sedangkan kain
bermotif batik adalah kain yang bermotif/bercorak batik tetapi motifnya tidak
digambar melalui pelekatan lilin batik, biasanya dengan mesin printing tekstil,
bodrir dan ataupun ornamen batik tanpa melalui pelekatan lilin.
Sejarah Batik di Indonesia
Sejarah pembatikan di - Sejarah Batik Pekalongan
- Batik Pekalongan, antara Masa Lampau dan Kini
- Perkembangan Batik di Indonesia
·
Perkembangan
Batik di Daerah
1. Banyumas
Perkembangan
batik di Banyumas berpusat di daerah Sokaraja dibawa oleh pengikut-pengikut
Pangeran Diponegero setelah selesa-inya peperangan tahun 1830, mereka
kebanyakan menet-ap didaerah Banyumas. Pengikutnya yang terkenal waktu itu
ialah Najendra dan dialah mengembangkan batik celup di Sokaraja. Bahan mori
yang dipakai hasil tenunan sendiri dan obat pewama dipakai pohon tom, pohon
pace dan mengkudu yang memberi warna merah kesemuan kuning.
Lama kelamaan pembatikan menjalar
pada rakyat Sokaraja dan pada akhir abad ke-XIX berhubungan langsung dengan
pembatik didaerah Solo dan Ponorogo. Daerah pembatikan di Banyumas sudah
dikenal sejak dahulu dengan motif dan wama khususnya dan sekarang dinamakan
batik Banyumas. Setelah perang dunia kesatu pembatikan mulai pula dikerjakan
oleh Cina disamping mereka dagang bahan batik.
2.
Ciamis
Pembatikan
dikenal di Ciamis sekitar abad ke-XIX setelah selesainya peperangan Diponegoro,
dimana pengikut-pengikut Diponegoro banyak yang meninggalkan Yogyakarta ,
menuju ke selatan. Sebagian ada yang menetap didaerah Banyumas dan sebagian ada
yang meneruskan perjalanan ke selatan dan menetap di Ciamis dan Tasikmalaya
sekarang. Mereka ini merantau dengan keluargany a dan ditempat baru menetap
menjadi penduduk dan melanjutkan tata cara hidup dan pekerjaannya. Sebagian
dari mereka ada yang ahli dalam pembatikan sebagai pekerjaan kerajinan rumah
tangga bagi kaum wanita. Lama kelamaan pekerjaan ini bisa berkembang pada
penduduk sekitarnya akibat adanya pergaulan sehari-hari atau hubungan keluarga.
Bahan-bahan yang dipakai untuk kainnya hasil tenunan sendiri dan bahan catnya
dibuat dari pohon seperti: mengkudu, pohon tom, dan sebagainya.
3.
Pembatikan
di Jakarta
Pembatikan
di Jakarta dikenal dan berkembangnya bersamaan dengan daerah-daerah pembatikan
lainnya yaitu kira-kira akhir abad ke-XIX. Pembatikan ini dibawa oleh
pendatang-pendatang dari Jawa Tengah dan mereka bertempat tinggal kebanyakan
didaerah-daerah pembatikan. Daerah pembatikan yang dikenal di Jakarta tersebar didekat Tanah Abang yaitu:
Karet, Bendungan Ilir dan Udik, Kebayoran Lama, dan daerah Mampang Prapatan
serta Tebet.
Jakarta
sejak zaman sebelum perang dunia kesatu telah menjadi pusat perdagangan antar
daerah Indonesia
dengan pelabuhannya Pasar Ikan sekarang. Setelah perang dunia kesatu selesai,
dimana proses pembatikan cap mulai dikenal, produksi batik meningkat dan
pedagang-pedagang batik mencari daerah pemasaran baru. Daerah pasaran untuk
tekstil dan batik di Jakarta
yang terkenal ialah: Tanah Abang, Jatinegara dan Jakarta Kota, yang terbesar
ialah Pasar Tanah Abang sejak dari dahulu sampai sekarang. Batik-batik produksi
daerah Solo, Yogya, Banyumas, Ponorogo, Tulungagung, Pekalongan, Tasikmalaya,
Ciamis dan Cirebon serta lain-lain daerah, bertemu di Pasar Tanah Abang dan
dari sini baru dikirim kedaerah-daerah diluar Jawa. Pedagang-pedagang batik
yang banyak ialah bangsa Cina dan Arab, bangsa Indonesia sedikit dan kecil.
4.
Pembatikan
di Luar Jawa
Dari
Jakarta, yang menjadi tujuan pedagang-pedagang di luar Jawa, maka batik
kemudian berkembang di seluruh penjuru kota-kota besar di Indonesia yang ada di
luar Jawa, daerah Sumatera Barat misalnya, khususnya daerah Padang, adalah
daerah yang jauh dari pusat pembatikan dikota-kota Jawa, tetapi pembatikan bisa
berkembang didaerah ini.
Sumatera Barat termasuk daerah
konsumen batik sejak zaman sebelum perang dunia kesatu, terutama batik-batik
produksi Pekalongan (saaingnya) dan Solo serta Yogya. Di Sumatera Barat yang
berkembang terlebih dahulu adalah industri tenun tangan yang terkenal “tenun
Silungkang” dan “tenun plekat”. Pembatikan mulai berkembang di Padang setelah pendudukan
Jepang, dimana sejak putusnya hubungan antara Sumatera dengan Jawa waktu
pendudukan Jepang, maka persediaan-persediaan batik yang ada pada
pedagang-pedagang batik sudah habis dan konsumen perlu batik untuk pakaian
sehari-hari mereka. Ditambah lagi setelah kemerdekaan Indonesia , dimana hubungan antara
kedua pulau bertambah sukar, akibat blokade-blokade Belanda, maka
pedagang-pedagang batik yang biasa hubungan dengan pulau Jawa mencari jalan
untuk membuat batik sendiri.
Batik Pembangunan Di Kota Lain
Setelah perang di 1830, dari sahabat-sahabatnya Dipenogoro disajikan batik
di Sokaraja-pusat batik di Banyumas dan tempat Najendra, salah satu Diponegoro
kompanyon ditingkatkan dip batik-yang tak dikelantang polos kain tenun yang
digunakan adalah produk diri dan pewarna yang digunakan adalah pohon tom ,
kecepatan dan bengkudu pohon pohon di mana mereka memberi warna merah dan
kuning. Dari waktu ke waktu, Batik produksi telah dikembangkan di Sokaraja. Pada akhir abad 19., Mereka langsung
melakukan kerjasama dengan batik maker dari Solo dan Ponorogo. Batik produksi
daerah yang ditempatkan di Banyumas sudah dikenal sejak beberapa tahun lalu.
Itu karena desain dan warna tertentu. Panggilan ke hari orang-orang di Batik
Banyumas. Setelah Perang Dunia I, Cina tidak hanya menjadi pedagang batik
tetapi juga bahan batik pedagang. Perbedaan
Batik Pekalongan dengan batik daerah lain, misalnya Batik Solo atau Batik
Yogyakarta.
Batik Pekalongan yang sering dikenal dengan batik pesisiran mempunyai karakter
dinamis dan kaya warna, sehingga Batik Pekalongan lebih mudah dirancang menjadi
berbagai jenis sandang yang tidak hanya cocok untuk acara resepsi, tapi juga
untuk acara hiburan. Dalam menentukan bentuk motif lebih bebas dan tidak
terpaku pakem, dan biasanya dihubungkan dengan kondisi sosial kultural
masyarakat Pekalongan.
Sedangkan Batik Solo maupun Yogyakarta yang sering dikenal dengan Batik Mataram
itu sangat sederhana dalam pewarnaan. Warna yang sering dipakai adalah biru,
kuning muda dan putih. Motif Batik Solo maupun Yogyakarta banyak mengandung
arti filosofi dan sarat dengan makna kehidupan.
Pengelompokan Batik berdasarkan metode pembuatannya
Pengelompokan
Batik berdasarkan metode pembuatannya adalah sebagai berikut :
a. Batik tulis
yaitu batik yang motifnya dibentuk dengan tangan, yaitu digambar dengan pensil
dan canting untuk penutup atau pelindung terhadap zat warna (lihat cara membuat
batik tulis).
b. Batik cap
yaitu batik yang pembuatan motifnya menggunakan stempel (canting-cap). Cap ini
biasanya terbuat dari tembaga yang telah digambar pola dan dibubuhi malam (cairan
lilin panas).
c. Batik tulis-Cap
yaitu batik proses pembikinannya menggunakan pola model batik tulis dan juga
ada beberapa bagian yang diisi oleh cap.
d. Batik sablon
yaitu batik yang motifnya dicetak dengan klise / hand print.
e. Batik painting (Lukisan)
yaitu batik yang dibuat tanpa pola, tetapi langsung meramu warna di atas kain.
f.
Batik printing (baca : kain bermotif batik)
yaitu batik yang penggambarannya menggunakan mesin. Jenis batik ini dapat
diproduksi dalam jumlah besar karena menggunakan mesin modern. Kemunculan batik
printing dipertanyakan oleh beberapa seniman dan pengrajin batik karena
dianggap merusak tatanan dalam seni batik, sehingga mereka lebih suka
menyebutnya kain bermotif batik.Perbedaan Batik Tulis dan
Batik Cap
Perkembangan batik pada masa sekarang cukup menggembirakan,
hal ini berdampak positif bagi produsen batik-batik di berbagai daerah.
Permintaan batik tulis maupun batik cap sangat tinggi sekali, walaupun
kebutuhan pasar batik tersebut sebagian sudah dipenuhi dengan tekstil bermotif
batik yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan tekstil yang bermodal besar.
Beberapa pengrajin batik menghendaki untuk pembayaran di muka agar produksinya
bisa lancar dan pembeli akan segera menerima pesanan yang diminta, hal ini
mengingatkan pada masa tahun 70-an dimana pada waktu itu batik juga mengalami
permintaan yang cukup lumayan jumlahnya.
Perbedaan batik tulis dan batik cap bisa dilihat dari beberapa hal sbb:
Batik Tulis
1. Dikerjakan dengan menggunakan canting yaitu alat yang terbuat dari tembaga
yang dibentuk bisa menampung malam (lilin batik) dengan memiliki ujung berupa
saluran/pipa kecil untuk keluarnya malam dalam membentuk gambar awal pada
permukaan kain.
2. Bentuk gambar/desain pada batik tulis tidak ada pengulangan yang jelas,
sehingga gambar nampak bisa lebih luwes dengan ukuran garis motif yang relatif
bisa lebih kecil dibandingkan dengan batik cap.
3. Gambar batik tulis bisa dilihat pada kedua sisi kain nampak lebih rata
(tembus bolak-balik) khusus bagi batik tulis yang halus.
4. Warna dasar kain biasanya lebih muda dibandingkan dengan warna pada goresan
motif (batik tulis putihan/tembokan).
5. Setiap potongan gambar (ragam
hias) yang diulang pada lembar kain biasanya tidak akan pernah sama bentuk dan
ukurannya. Berbeda dengan batik cap yang kemungkinannya bisa sama persis antara
gambar yang satu dengan gambar lainnya.
6. Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan batik tulis relatif lebih lama (2 atau
3 kali lebih lama) dibandingkan dengan pembuatan batik cap. Pengerjaan batik
tulis yang halus bisa memakan waktu 3 hingga 6 bulan lamanya.
7. Alat kerja berupa canting harganya relatif lebih murah berkisar Rp. 10.000,-
hingga Rp. 20.000,-/pcs.
8. Harga jual batik tulis relatif lebih mahal, dikarenakan dari sisi kualitas
biasanya lebih bagus, mewah dan unik.
Batik Cap
1. Dikerjakan dengan menggunakan cap (alat yang terbuat dari tembaga yang
dibentuk sesuai dengan gambar atau motif yang dikehendaki). Untuk pembuatan
satu gagang cap batik dengan dimensi panjang dan lebar : 20 cm X 20 cm
dibutuhkan waktu rata-rata 2 minggu.
2. Bentuk gambar/desain pada batik cap selalu ada pengulangan yang jelas,
sehingga gambar nampak berulang dengan bentuk yang sama, dengan ukuran garis
motif relatif lebih besar dibandingkan dengan batik tulis.
3. Gambar batik cap biasanya tidak tembus pada kedua sisi kain.
4. Warna dasar kain biasanya lebih tua dibandingkan dengan warna pada goresan
motifnya. Hal ini disebabkan batik cap tidak melakukan penutupan pada bagian
dasar motif yang lebih rumit seperti halnya yang biasa dilakukan pada proses
batik tulis. Korelasinya yaitu dengan mengejar harga jual yang lebih murah dan
waktu produksi yang lebih cepat. Waktu yang dibutuhkan untuk sehelai kain batik
cap berkisar 1 hingga 3 minggu.
5. Untuk membuat batik cap yang beragam motif, maka diperlukan banyak cap.
Sementara harga cap batik relatif lebih mahal dari canting. Untuk harga cap
batik pada kondisi sekarang dengan ukuran 20 cm X 20 cm berkisar Rp. 350.000,-
hingga Rp. 700.000,-/motif. Sehingga dari sisi modal awal batik cap relatif
lebih mahal.
6. Jangka waktu pemakaian cap batik dalam kondisi yang baik bisa mencapai 5
tahun hingga 10 tahun, dengan catatan tidak rusak. Pengulangan cap batik
tembaga untuk pemakainnya hampir tidak terbatas.
7. Harga jual batik cap relatif lebih murah dibandingkan dengan batik tulis,
dikarenakan biasanya jumlahnya banyak dan miliki kesamaan satu dan lainnya
tidak unik, tidak istimewa dan kurang eksklusif.
Disamping adanya perbedaan dari sisi visual antara batik tulis dan batik cap,
namun dari sisi produksi ada beberapa kesamaan yang harus dilalui dalam
pengerjaan keduanya. Diantaranya adalah sbb:
* Keduanya sama-sama bisa dikatakan kain batik, dikarenakan dikerjakan dengan
menggunakan bahan lilin sebagai media perintang warna.
* Dikerjakan hampir oleh tangan manusia untuk membuat gambar dan proses
pengerjaan buka tutup warnanya.
* Bahan yang digunakannya juga sama berupa bahan dasar kain yang berwarna
putih, dan tidak harus dibedakan jenis bahan dasar benangnya (katun atau sutra)
atau bentuk tenunannya.
* Penggunaan bahan-bahan pewarna serta memproses warnanya sama, tidak ada
perbedaan anatara batik tulis dan batik cap.
* Cara menentukan lay-out atau patron dan juga bentuk-bentuk motif boleh sama
diantara keduanya. Sehingga ketika keduanya dijahit untuk dibuat busana tidak
ada perbedaan bagi perancang busana atau penjahitnya. Yang membedakan hanya
kualitas gambarnya saja.
* Cara merawat kain batik (menyimpan, menyuci dan menggunakannya) sama sekali
tidak ada perbedaan.
* Untuk membuat keduanya diperlukan gambar awal atau sket dasar untuk
memudahkan dan mengetahui bentuk motif yang akan terjadi
Alat dan Bahan Pembuatan Batik
Meskipun bentuk seni batik sangat rumit, alat yang digunakan masih sangat
sederhana. Yang canting, diyakini menjadi murni Jawa invensi, adalah kecil
tipis dinding spouted tembaga kontainer (kadang-kadang disebut lilin pena) yang
terhubung ke singkat menangani bambu. Biasanya adalah sekitar 11 cm. panjang.
Tembaga kontainer diisi dengan melted wax Artisan dan kemudian menggunakan
canting untuk menggambar desain pada kain.
1.
Canting
Canting memiliki berbagai ukuran spouts (ke nomor sesuai dengan ukuran)
untuk mencapai efek beragam desain. Tergadai dapat bervariasi dari 1 mm untuk
diameter rinci sangat baik untuk bekerja lebih luas spouts digunakan untuk
mengisi bidang desain besar. Titik
dan garis paralel dapat diambil dengan canting yang memiliki hingga 9 spouts.
Kadang-kadang menggumpal dari kapas adalah kunci melalui mulut atau canting
yang dilampirkan tongkat yang bertindak sebagai sikat untuk mengisi di daerah
sangat besar. Proses Pembuatan Batik
Teknik pembuatan batik pada awalnya adalah batik
tulis dan alat yang digunakan pertama kali adalah canting tulis dari bambu yang
kemudian berkembang/diketemukannya canting tulis dari tembaga. Tahapan proses
pembuatan batik sebagai berikut:
1) Ngelowong Yaitu menggambari kain
dengan lilin, baik menggunakan canthing tangan atau cap (stempel), sifat lilin
yang digunakan dalam proses ini harus cukup kuat dan renyah supaya
lilin mudah dilepaskan dengan cara dikerok, karena bekas gambar dari lilin ini
nantinya akan diberi warna coklat (soga).
2) Nembok Proses ini hampir sama dengan
ngelowong tetapi lilin yang digunakan lebih kuat karena lilin ini dimaksudkan
untuk menahan warna biru (indigo) dan coklat (soga) agar tidak menembus kain.
Bedanya dengan ngelowong adalah nembok untuk menahan warna, sedangkan ngelowong
untuk menggambar dan menjadi tempat warna coklat setelah dikerok.
3) Wedelan / Celupan.Tahap ini untuk
memberi warna biru dengan menggunakan indigo yang disesuaikan dengan tingkat
warna yang dikehendaki. Pada waktu dahulu dengan menggunakan indigo alami dan
proses ini berlangsung lebih dari satu minggu untuk warna biru yang lebih tua.
Kemudian setelah ada indigo pasta/puder warna biru dapat diperoleh hanya dalam
waktu 1-2 hari. Setelah tahun 1965, sedikit sekali orang memakai indigo. Untuk
memperoleh warna biru biasanya menggunakan warna kimia yang lebih cepat seperti
naphtol, dengan warna naphtol dapat mempercepat proses hanya beberapa menit.
4) Ngerok :Yaitu menghilangkan lilin klowongan
untuk tempat warna coklat, pekerjaan ini dilakukan dengan menggunakan potongan
kaleng dengan lebar 3 cm,panjang 30 cm yang ditajamkan sebelah lalu dilipat
menjadi dua, alat ini disebut cawuk.
5) MbironiKain setelah dikerok pada
bagian-bagian yang diinginkan tetap berwarna biru dan putih
(cecek/titik-titik), perlu ditutup dengan lilin menggunakan canthing
tulis/biron. Hal ini dimaksudkan
agar bagian tersebut tidak kemasukan soga apabila disoga.
6)
NyogaKain yang telah dibironi lalu diberi warna coklat (disoga) dengan
ekstrak pewarna yang terbuat dari kulit kayu, soga, tingi, tegeran, dan lain
lain (zat warna alam). Kain tersebut dicelup dalam bak pewarna hingga basah
seluruhnya kemudian ditiris hingga kering. Proses ini diulang –ulang hingga
sampai mendapatkan warna coklat yang diinginkan. Untuk warna tua sekali proses ini dapat memakan
waktu 2 minggu. Jika mnenggunakan pewarna kimia (zat warna sintetis) proses ini
dapat selesai dalam waktu satu hari.
7) Mbabar / Ngebyok / NglorodTahap ini
untuk membersihkan seluruh lilin yang masih ada di kain dengan cara dimasak
dalam air mendidih dengan ditambah air tapioca encer atau TRO agar lilin tidak
melekat kembali ke kain
Berikut ini adalah alat dan bahan yang harus
disiapkan untuk membuat batik tulis :
o
Kain
mori (bisa terbuat dari sutra atau katun)
o Canting
sebagai alat pembentuk motif,
o
Gawangan
(tempat untuk m enyampirkan kain)
o Lilin
(malam) yang dicairkan
o
Panci
dan kompor kecil untuk memanaskan
o Larutan
pewarna
Adapun tahapan-tahapan dalam proses
pembutan batik tulis ini:
1.
Langkah pertama adalah membuat desain batik yang biasa
disebut molani. Dalam penentuan motif, biasanya tiap orang memiliki selera
berbeda-beda. Ada
yang lebih suka untuk membuat motif sendiri, namun yang lain lebih memilih
untuk mengikuti motif-motif umum yang telah ada. Motif yang kerap dipakai di Indonesia
sendiri adalah batik yang terbagi menjadi 2 : batik klasik, yang banyak bermain
dengan simbol-simbol, dan batik pesisiran dengan ciri khas natural seperti
gambar bunga dan kupu-kupu. Membuat design atau motif ini dapat menggunakan
pensil.
2.
Setelah selesai melakukan molani, langkah kedua adalah
melukis dengan (lilin) malam menggunakan canting (dikandangi/dicantangi) dengan
mengikuti pola tersebut.
3.
Tahap selanjutnya, menutupi dengan lilin malam
bagian-bagian yang akan tetap berwarna putih (tidak berwarna). Canting untuk
bagian halus, atau kuas untuk bagian berukuran besar. Tujuannya adalah supaya
saat pencelupan bahan kedalam larutan pewarna, bagian yang diberi lapisan lilin
tidak terkena.
4.
Tahap berikutnya, proses pewarnaan pertama pada bagian
yang tidak tertutup oleh lilin dengan mencelupkan kain tersebut pada warna
tertentu .
5. Setelah dicelupkan, kain tersebut di jemur
dan dikeringkan.
6.
Setelah kering, kembali melakukan proses pembatikan
yaitu melukis dengan lilin malam menggunakan canting untuk menutup bagian yang
akan tetap dipertahankan pada pewarnaan yang pertama.
7.
Kemudian, dilanjutkan dengan proses pencelupan warna
yang kedua.
8.
Proses berikutnya, menghilangkan lilin malam dari kain
tersebut dengan cara meletakkan kain tersebut dengan air panas diatas tungku.
9.
Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat
dilakukan kembali proses pembatikan dengan penutupan lilin (menggunakan alat
canting)untuk menahan warna pertama dan kedua.
10. Proses membuka dan menutup lilin malam
dapat dilakukan berulangkali sesuai dengan banyaknya warna dan kompleksitas
motif yang diinginkan.
11. Proses
selanjutnya adalah nglorot, dimana kain yang telah berubah warna direbus air
panas. Tujuannya adalah untuk menghilangkan lapisan lilin, sehingga motif yang
telah digambar sebelumnya terlihat jelas. Anda tidak perlu kuatir, pencelupan
ini tidak akan membuat motif yang telah Anda gambar terkena warna, karena
bagian atas kain tersebut masih diselimuti lapisan tipis (lilin tidak
sepenuhnya luntur). Setelah selesai, maka batik tersebut telah siap untuk
digunakan.
12. Proses
terakhir adalah mencuci kain batik tersebut dan kemudian mengeringkannya dengan
menjemurnya sebelum dapat digunakan dan dipakai.
Alat dan Bahan
Pembuatan Batik Tulis
Batik Tulis merupakan batik yang spesial dan mahal
dibanding jenis batik yang lain, karena didalam pembuatan batik ini sangat
diperlukan keahlian serta pengalaman, ketelitian, kesabaran, ketekunan,
ketelatenan dan juga waktu yang lama untuk menyelesaikan sebuah batik tulis.
Untuk sebuah batik tulis paling cepat dapat diselesaikan selama dua sampai tiga
minggu oleh seorang pembatik, itupun dikarenakan cuaca yang cerah dan desain
motif yang biasa dan juga tidak terlalu rumit.
Berikut ini adalah alat dan bahan yang harus disiapkan
untuk membuat batik tulis :
1. Kain Mori
Biasa terbuat dari katun atau sutra yang mempunyai warna
dasar putih.
2. Canting sebagai alat pembentuk motif
Terbuat dari tembaga yang dibentuk sedemikian rupa sehingga
dapat menampung lilin dan di ujung belakangnya disambung dengan sebuah bambu
kecil yang digunakan sebagai pegangan sehingga canting dapat digunakan untuk
melukis pada sebuah kain mori.
3. Gawangan dan Bandul
Gawangan terbuat dari bambu atau kayu yang diujung kiri dan
kanannya dikasih kaki dari bahan bambu/kayu juga sehingga membentuk sebuah
gawang yang berfungsi untuk menyampirkan kain mori tatkala mau dilukis dengan
canting dan fungsi bandul disini untuk memberi pemberat supaya kain tidak
terbang ketika terkena angin.
4. Lilin atau Malam
Lilin adalah malam yang dicairkan yang digunakan untuk
melukis pada sebuah kain mori yang bertujuan untuk menutup kain mori sesuai
motif yang diinginkan agar tidak terkena pewarna pada saat kain mori diwarnai
sehingga kain yang tertutup lilin akan membentuk motif yang diinginkan pada
saat lilin dihilangkan..
5. Panci dan
kompor kecil untuk memanaskan lilin (malam)
Panci biasanya terbuat dari bahan aluminium dan kompor
kecil berbahan bakar minyak tanah, karena minyak tanah sekarang langka bisa
diganti kompor LPG kecil atau kalau mau kembali ke masa lalu memakai kayu
bakar.
6. Larutan pewarna
Larutan pewarna
bisa berasal dari sintetis atau alami yang berasal dari tumbuh - tumbuhan.
Adapun
tahapan-tahapan dalam proses pembutan batik tulis adalah sebagai berikut :
1. Langkah pertama adalah membuat desain
atau motif batik yang biasa disebut “molani”. Dalam penentuan motif,
biasanya tiap orang memiliki selera berbeda-beda. Ada yang lebih suka untuk
membuat motif sendiri, namun yang lain lebih memilih untuk mengikuti
motif-motif umum yang telah ada. Motif yang kerap dipakai di Indonesia sendiri
adalah batik yang terbagi menjadi 2 : batik klasik, yang banyak bermain dengan
simbol-simbol, dan batik pesisiran dengan ciri khas natural seperti gambar
bunga, burung dan kupu-kupu. Membuat design atau motif ini dapat menggunakan
pensil atau menggunakan kertas yang sudah ada gambar polanya kemudian ditempel
dengan kain mori dan caranya diterawang untuk melakukan proses selanjutnya.
2. Setelah selesai melakukan molani,
langkah kedua adalah melukis dengan lilin (malam) menggunakan canting dengan
mengikuti pola tersebut, pada proses ini gawangan dipakai untuk menyampirkan
kain mori yang sedang dilukis menggunakan canting, proses ini biasa disebut “ngengkreng”
yang artinya melukis lilin ke kain untuk yang pertama kalinya.
3. Proses selanjutnya mengisi motif atau
ornamen-ornamen yang telah dibuat pada proses sebelumnya, proses ini biasa
disebut “isen-isen”,isen-isen dapat dibedakan dua jenis yaitu “cecek”
dan “sawut”, yang dimaksud cecek adalah titik-titik kecil yang membentuk
sebuah ornamen dan sawut adalah garis yang diulang-ulang untuk menutup sebuah
ornamen yang nantinya akan diwarna sogan (coklat gosong).
4. Tahap
selanjutnya, menutupi dengan lilin (malam) pada bagian-bagian yang akan tetap
berwarna putih (tidak berwarna), proses ini biasa disebut “nembok”.
Canting untuk bagian halus, atau kuas untuk bagian berukuran besar (penggunaan
kuas untuk mempercepat proses). Tujuannya adalah supaya saat pencelupan bahan
kedalam larutan pewarna, bagian yang diberi lapisan lilin tidak terkena.
5. Tahap
berikutnya adalah proses “medhel”, proses ini adalah pewarnaan pertama
pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin dengan mencelupkan kain tersebut
pada warna biru tua.
6. Setelah
selesai dicelupkan, kain tersebut di jemur dan dikeringkan (pengeringan cukup
diangin-anginkan di tempat yang teduh tidak terkena sinar matahari langsung).
7. Setelah
proses diatas selesai kemudian dilakukan proses “ngerok” dan “ngremok”,
yang dimaksud ngerok adalah proses pengerokan pada ornamen sawut yang
nantinya dilakukan pewarnaan sogan dengan menggunakan pisau atau benda logam
yang ujungnya tipis dan agak tajam, kemudian dilanjutkan proses ngremok yaitu
mengucek atau mencuci bagian yang telah dikerok agar bersih dari lilin.
8. Setelah
kering, kembali melakukan proses pembatikan yaitu melukis dengan lilin (malam)
menggunakan canting untuk menutup bagian ornamen cecek dan ornamen lain
yang akan tetap dipertahankan pada pewarnaan yang pertama, proses ini biasa
disebut “mbironi” yang artinya menutup untuk mempertahankan warna biru.
9. Setelah
selesai proses mbironi kemudian dilanjutkan dengan proses “nyoga”pada
proses ini dilakukan pencelupan warna sogan yaitu warna coklat tua atau coklat
gosong, pada proses ini ornamen sawut dan ornamen yang tidak ditutup dengan
lilin yang akan berwarna sogan.
10. Proses
berikutnya, menghilangkan lilin (malam) dari kain tersebut dengan cara
mencelupkan kain tersebut berulang kali ke dalam air panas diatas tungku sampai
lilin benar-benar bersih tidak menempel pada kain, proses ini biasa disebut “nglorot”
yang artinya meluruhkan atau menghilangkan lilin dari kain.
11.
Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali proses
pembatikan dengan penutupan lilin (menggunakan alat canting)untuk menahan warna
pertama dan kedua, apabila diinginkan penambahan warna sesuai kombinasi warna
yang dibutuhkan. Proses membuka dan
menutup lilin (malam) dapat dilakukan berulangkali sesuai dengan banyaknya
warna dan kompleksitas motif yang diinginkan.
12. Proses selanjutnya atau proses terakhir adalah “nglorot” kembali,
tujuannya adalah untuk menghilangkan lapisan lilin, sehingga motif yang telah
digambar sebelumnya terlihat jelas. Proses terakhir adalah mencuci kain batik
tersebut dan kemudian mengeringkannya dengan menjemurnya sebelum dapat
digunakan dan dipakai.
Tips Merawat Batik
Agar warna batik berbahan sutra dan serat
tidak cepat pudar, awet dan tetap tampak indah. Mencuci kain batik dengan
menggunakan shampo rambut. Sebelumnya, larutkan dulu shampo hingga tak ada lagi
bagian yang mengental. Setelah itu baru kain batik dicelupkan.
Anda juga bisa menggunakan sabun
pencuci khusus untuk kain batik yang dijual di pasaran. Pada saat mencuci batik
jangan digosok. Jangan pakai deterjen. Kalau batik tidak kotor cukup dicuci
dengan air hangat. Sedangkan, kalau kotor, misalnya terkena noda makanan, bisa
dihilangkan dengan sabun mandi atau bila kotor sekali, seperti terkena buangan
knalpot, noda bisa dihilangkan dengan kulit jeruk dengan mengusapkan sabun atau
kulit jeruk pada bagian yang kotor.
Sebaiknya Anda juga tidak menjemur
kain batik di bawah sinar matahari langsung (tempat teduh). Kain batik jangan
dicuci dengan menggunakan mesin cuci. Tak perlu memeras kain batik sebelum
menjemurnya. Namun, pada saat
menjemur, bagian tepi kain agak ditarik pelan-pelan supaya serat yang terlipat
kembali seperti semula.
Sebaiknya hindari penyeterikaan.
Kalaupun terlalu kusut, semprotkan air di atas kain kemudian letakkan sebuah
alas kain di bagian atas batik itu baru diseterika. Jadi, yang diseterika
adalah kain lain yang ditaruh di atas kain batik.
Disarankan untuk menyimpan batik
dalam plastik agar tidak dimakan ngengat. Jangan diberi kapur barus, karena zat padat ini
terlalu keras sehingga bisa merusak batik. Sebaiknya, almari tempat menyimpan
batik diberi merica yang dibungkus dengan tisu untuk mengusir ngengat.
Alternatif lain menggunakan akar wangi yang sebelumnya dicelup dulu ke dalam
air panas, kemudian dijemur, lalu dicelup sekali lagi ke dalam air panas dan
dijemur. Setelah akar wangi kering, baru digunakan
Anda sebaiknya juga tidak
menyemprotkan parfum atau minyak wangi langsung ke kain atau pakaian berbahan
batik sutera berpewarna alami.
Bila Anda ingin memberi pewangi dan
pelembut kain pada batik tulis, jangan disemprotkan langsung pada kainnya.
Sebelumnya, tutupi dulu kain dengan koran, baru semprotkan cairan pewangi dan
pelembut kain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar