Selasa, 25 Januari 2011

FOTO KELUARGA

PENGERTIAN KEBUDAYAAN DAN SENI

1. Pengertian Kebudayaan dan Seni
1.1. Pengertian Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

Budaya dalam pengertian yang luas adalah pancaran daripada budi dan daya. Seluruh apa yang difikir, dirasa dan direnung diamalkan dalam bentuk daya menghasilkan kehidupan. Budaya adalah cara hidup sesuatu bangsa atau umat. Budaya tidak lagi dilihat sebagai pancaran ilmu dan pemikiran yang tinggi dan murni dari sesuatu bangsa untuk mengatur kehidupan berasaskan peradaban.

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan
struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Upacara kedewasaan dari suku WaYao di Malawi, Afrika.

Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yang
mana akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku
dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Menurut Koentjoroningrat (1986), kebudayaan dibagi ke dalam tiga sistem, pertama sistem budaya yang lazim disebut adat-istiadat, kedua sistem sosial di mana merupakan suatu rangkaian tindakan yang berpola dari manusia. Ketiga, sistem teknologi sebagai modal peralatan manusia untuk menyambung keterbatasan jasmaniahnya.

Berdasarkan konteks budaya, ragam kesenian terjadi disebabkan adanya sejarah dari zaman ke zaman. Jenis-jenis kesenian tertentu mempunyai kelompok pendukung yang memiliki fungsi berbeda. Adanya perubahan fungsi dapat menimbulkan perubahan yang hasil-hasil seninya disebabkan oleh dinamika masyarakat, kreativitas, dan pola tingkah laku dalam konteks kemasyarakatan.

Koentjoroningrat mengatakan, Kebudayaan Nasional Indonesia adalah hasil karya putera Indonesia dari suku bangsa manapun asalnya, yang penting khas dan bermutu sehingga sebagian besar orang Indonesia bisa mengidentifikasikan diri dan merasa bangga dengan karyanya.Kebudayaan Indonesia adalah satu kondisi majemuk karena ia bermodalkan berbagai kebudayaan, yang berkembang menurut tuntutan sejarahnya sendiri-sendiri. Pengalaman serta kemampuan daerah itu memberikan jawaban terhadap masing-masing tantangan yang member bentuk kesenian, yang merupakan bagian dari kebudayaan.

Apa-apa saja yang menggambarkan kebudayaan, misalnya ciri khas :
a. Rumah adat daerah yang berbeda satu dengan daerah lainnya, sebagai contoh cirri khas rumah adat di Jawa mempergunakan joglo sedangkan rumah adat di Sumatera dan rumah adat Hooi berbentuk panggung.

b. Alat musik di setiap daerah pun berbeda dengan alat musik di daerah lainnya. Jika dilihat dari perbedaan jenis bentuk serta motif ragam hiasnya beberapa alat musik sudah dikenal di berbagai wilayah, pengetahuan kita bertambah setelah mengetahui alat musik seperti Grantang, Tifa dan Sampe.

c. Seni Tari, seperti tari Saman dari Aceh dan tari Merak dari Jawa Barat

d. Kriya ragam hias dengan motif-motif tradisional, dan batik yang sangat beragam dari
daerah tertentu, dibuat di atas media kain, dan kayu.
e. Properti Kesenian
Kesenian Indonesia memiliki beragam-ragam bentuk selain seni musik, seni tari, seni teater, kesenian wayang golek dan topeng merupakan ragam kesenian yang kita miliki. Wayang golek adalah salah satu bentuk seni pertunjukan teater yang menggunakan media wayang, sedangkan topeng adalah bentuk seni pertunjukan tari yang menggunakan topeng untuk pendukung.

f. Pakaian Daerah. Setiap propinsi memiliki kesenian, pakaian dan benda seni yang
berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya.

g. Benda Seni. Karya seni yang tidak dapat dihitung ragamnya, merupakan identitas dan kebanggaan bangsa Indonesia. Benda seni atau souvenir yang terbuat dari perak yang beasal dari Kota Gede di Yogyakarta adalah salah satu karya seni bangsa yang menjadi ciri khas daerah Yogyakarta, karya seni dapat menjadi sumber mata pencaharian dan objek wisata.

Kesenian khas yang mempunyai nilai-nilai filosofi misalnya kesenian Ondel-ondel dianggap sebagai boneka raksasa mempunyai nilai filosofi sebagai pelindung untuk menolak bala, nilai filosofi dari kesenian Reog Ponorogo mempunyai nilai kepahlawanan yakni rombongan tentara kerajaan Bantarangin (Ponorogo) yang akan melamar putrid Kediri dapat diartikan Ponorogo menjadi pahlawan dari serangan ancaman musuh, selain hal-hal tersebut, adat istiadat, agama, mata pencaharian, system kekerabatan dan system kemasyarakatan, makanan khas, juga merupakan bagian dari kebudayaan.

h. Adat Istiadat. Setiap suku mempunyai adata istiadat masing-masing seperti suku Toraja memiliki kekhasan dan keunikan dalam tradisi upacara pemakaman yang biasa disebut Rambu Tuka. Di Bali adalah adat istiadat Ngaben. Ngaben adalah upacara pembakaran mayat, khususnya oleh mereka yang beragama Hindu, dimana Hindu adalah agama mayoritas di Pulau Seribu Pura ini. Suku Dayak di Kalimantan mengenal tradisi penandaan tubuh melalui tindik di daun telinga. Tak sembarangan orang bisa menindik diri hanya pemimpin suku atau panglima perang yang mengenakan tindik di kuping, sedangkan kaum wanita Dayak menggunakan anting-anting pemberat untuk memperbesar daun telinga, menurut kepercayaan mereka, semakin besar pelebaran lubang daun telinga semakin cantik, dan semakin tinggi status sosialnya di masyarakat.






1.2. Pengertian Seni
Kata "seni" adalah sebuah kata yang semua orang di pastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda. Konon kata seni berasal dari kata "sani" yang artinya "Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa". Dalam bahasa Inggris dengan istilah "ART" (artivisial) yang artinya adalah barang/atau karya dari sebuah kegiatan.

Konsep seni terus berkembang sejalan dengan berkembangnya kebudayaan dan kehidupan masyarakat yang dinamis. Beberapa pendapat tentang pengertian seni:

a. Ensiklopedia Indonesia : Seni adalah penciptaan benda atau segala hal yang karena kendahan bentuknya, orang senang melihat dan mendengar

b. Aristoteles : seni adalah kemampuan membuat sesuatu dalam hubungannya dengan upaya mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan oleh gagasan tertentu,

c. Ki Hajar Dewantara : seni adalah indah, menurutnya seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dan hidup perasaannya dan bersifat indah hingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia lainnya,

d. Akhdiat K. Mihardja : seni adalah kegiatan manusia yang merefleksikan kenyataan dalam sesuatu karya, yang berkat bentuk dan isinya mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam alam rohani sipenerimanya.

e. Erich Kahler : seni adalah suatu kegiatan manusia yang menjelajahi, menciptakan realitas itu dengan symbol atau kiasan tentang keutuhan “dunia kecil” yang mencerminkan “dunia besar”.


Cabang-cabang Seni :
Berdasarkan bentuk dan mediumnya seni dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok : seni rupa, seni pertunjukan, dan seni sastra.

No Cabang Seni Bentuk Media Indera Penikmat Matra
1 Rupa Benda Penglihatan, peraba 2 dimensi atau 3 dimensi
2 Sastra Tulisan Penglihatan 2 dimensi
3 Musik Suara, benda, manusis, gerak Pendengaran, penglihatan Waktu 3 dimensi
4 Tari Tubuh manusia, gerak, musik Penglihatan, pedengaran Waktu 3 dimensi
5 Teater Manusia, benda/alam, akting, adegan, suara/musik Penglihatan, pendengaran
Waktu 3 dimensi

1.3. Sifat Dasar Seni

Terdapat 5 ciri yang merupakan sifat dasar seni (The Liang Gie, 1976) yang meliputi :
a. Sifat kreatif dari seni. Seni merupakan suatu rangkaian kegiatan manusia yang selalu mencipta karya baru.

b. Sifat individualitas dari seni. Karya seni yang diciptakan oleh seorang seniman merupakan karya yang berciri personal, Subyektif dan individual.

c. Nilai ekspresi atau perasaan. Dalam mengapresiasi dan menilai suatu karya seni harus memakai kriteria atau ukuran perasaan estetis. Seniman mengekspresikan perasaan estetisnya ke dalam karya seninya lalu penikmat seni (apresiator) menghayati, memahami dan mengapresiasi karya tersebut dengan perasaannya.

d. Keabadian sebab seni dapat hidup sepanjang masa. Konsep karya seni yang dihasilkan oleh seorang seniman dan diapresiasi oleh masyarakat tidak dapat ditarik kembali atau terhapuskan oleh waktu.

e. Semesta atau universal sebab seni berkembang di seluruh dunia dan di sepanjang waktu. Seni tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Sejak jaman pra sejarah hingga jaman modern ini orang terus membuat karya seni dengan beragam fungsi dan wujudnya sesuai dengan perkembangan masyarakatnya.


1.4. Struktur Seni
The Liang Gie (1976) menjelaskan bahwa dalam semua jenis kesenian terdapat unsurunsur yang membangun karya seni sebagai berikut:
a. Struktur seni merupakan tata hubungan sejumlah unsur-unsur seni yang membentuk
suatu kesatuan karya seni yang utuh. Contoh struktur seni dalam bidang seni rupa adalah garis, warna, bentuk, bidang dan tekstur. Bidang seni musik adalah irama dan melodi. Bidang seni tari adalah wirama, wirasa dan wiraga. Bidang seni teater adalah gerak, suara dan lakon.

b. Tema merupakan ide pokok yang dipersoalkan dalam karya seni. Ide pokok suatu karya seni dapat dipahami atau dikenal melalui pemilihan subject matter (pokok soal) dan judul karya. Pokok soal dapat berhubungan dengan niat estetis atau nilai kehidupan, yakni berupa: objek alam, alam kebendaan, suasana atau peristiwa yang metafora atau alegori. Namun tidak semua karya memiliki tema melainkan kritik.


c. Medium adalah sarana yang digunakan dalam mewujudkan gagasan menjadi suatu karya seni melalui pemanfaatan material atau bahan dan alat serta penguasaan teknik berkarya. Tana medium tak ada karya seni.

d. Gaya atau style dalam karya seni merupakan ciri ekspresi personal yang khas dari si seniman dalam menyajikan karyanya. Menurut Soedarso SP (1987), gaya adalah cirri bentuk luar yang melekat pada wujud karya seni, sedangkan aliran berkaitan dengan isi
karya seni yang merefleksikan pandangan atau prinsip si seniman dalam menanggapai sesuatu.

1.5. Pengertian Nilai Seni
Menurut (Purwadarminto, 1976), kata “nilai” diartikan sebagai harga, kadar, mutu atau kualitas. Untuk mempunyai nilai maka sesuatu harus memiliki sifat-sifat yang penting yang bermutu atau berguna dalam kehidupan manusia. Dalam estetika, “nilai” diartikan sebagai keberhargaan (worth) dan kebaikan (goodness). Menurut Koentjaraningrat,“nilai” berarti suatu ide yang paling baik, yang menjunjung tinggi dan menjadi pedoman manusia/masyarakat dalam bertingkah laku, mengapresiasi cinta, keindahan, keadilan, dan sebagainya Nilai seni dipahami dalam pengertian kualitas yang terdapat dalam karya seni, baik kualitas yang bersifat kasat mata maupun yang tidak kasat mata. Nilai-nilai yang dimiliki karya seni merupakan manifestasi dari nilai-nilai yang dihayati oleh seniman/seniwati dalam lingkungan sosial budaya masyarakat yang kemudian diekspresikan daam wujud karya seni dan dikomunikasikan kepada penikmatnya (public seni).

Menurut The Liang Gie jenis nilai yang melekat pada seni mencakup: 1) nilai keindahan,
2) nilai pengetahuan, 3) nilai kehidupan.

Nilai keindahan dapat pula disebut nilai estetis, merupakan salah satu persoalan estetis yang menurut cakupan pengertiannya dapat dibedakan menurut luasnya pengertian, yakni: a) keindahan dalam arti luas (keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral dan keindahan intelektual), b) keindahan dalam arti estetis murni, b) keindhaan dalam arti estetis murni, c) keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan.
Keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan pada prinsipnya
mengkaji tentang hakikat keindahan dan kriteria keindahan yang terdapat di alam, dalam karya seni dan benda-benda lainnya.
Dalam kecenderungan perkembangan seni dewasa ini, keindahan positif tidak lagi menjadi tujuan yang paling penting dalam berkesenian. Sebagai seniman beranggapan lebih penting menggoncang publik dengan nilai estetis legatif (ugliness) daripada menyenangkan atau memuaskan mereka. Fenomena semacam ini akan kita jumpai pada karya-karya seni primitir atau karya seni lainnya yang tidak mementingkan keidahan tampilan visual namun lebih mementingkan makna simboliknya. “Ugliness” dalam karya seni termasuk nilai estetis yang negatif. Jadi sesungguhnya dalam karya seni terdapat nilai estetis yang positif dan negatif.

1.6. Pengertian Ekspresi
Ekspresi adalah proses ungkapan emosi atau perasaan di dalam proses penciptaankarya seni, proses ekspresi bisa diaktualisasikan melalui media. Media musik bunyi;media seni rupa adalah garis, bidang dan warna; media tari adalah gerak, media teaer adalah gerak, suara dan lakon.

1.7. Fungsi dan Tujuan Seni
a. Fungsi Religi/Keagamaan
Karya seni sebagi pesan religi atau keagamaan. Contoh : kaligrafi, busana muslim/muslimah, dan lagu-lago rohani Seni yang digunakan untuk sebuah upacara yang berhubungan dengan upacara kelahiran, kematian, ataupun pernikahan. Contoh : Gamelan yang dimainkan pada upacara Ngaben di Bali yakni gamelan Luwang, Angklung, dan Gambang. Gamelan di Jawa Gamelan Kodhok Ngorek, Monggang, dan Ageng.

b. Fungsi Pendidikan
Seni sebagai media pendidikan misalnya musik. Contoh : Ansambel karena didalamnya
terdapat kerjasama, Angklung dan Gamelan juga bernilai pendidikan dikarenakan kesenian tersebut mempunyai nilai sosial, kerjasama, dan disiplin. Pelajaran menggunakan bantuan karya seni. Contoh : gambar ilustrasi buku pelajaran, film ilmiah atau dokumenter, poster, lagu anak-anak, alat peraga IPA

c. Fungsi Komunikasi
Seni dapat digunakan sebagai alat komunikasi seperti pesan, kritik sosial, kebijakan, gagasan, dan memperkenalkan produk kepada masyarakat. Melalui media seni tertentu seperti, wayang kulit, wayang orang dan seni teater, dapat pula syair sebuah lagu yang mempunyai pesan, poster, drama komedi, dan reklame.

d. Fungsi Rekreasi/Hiburan
Seni yang berfungsi sebagai sarana melepas kejenuhan atau mengurangi kesedihan, sebuah pertunjukan khusus untuk berekspresi atau mengandung hiburan, kesenian yang tanpa dikaitkan dengan sebuah upacara ataupun dengan kesenian lain.



e. Fungsi Artistik
Seni yang berfungsi sebagai media ekspresi seniman dalam menyajikan karyanya tidak untuk hal yang komersial, misalnya terdapat pada musik kontemporer, tari kontemporer,
dan seni rupa kontemporer, tidak bias dinikmati pendengar/pengunjung, hanya bias dinikmati para seniman dan komunitasnya.

f. Fungsi Guna (seni terapan)
Karya seni yang dibuat tanpa memperhitungkan kegunaannya kecuali sebagai media ekspresi disebut sebagai karya seni murni, sebaliknya jika dalam proses penciptaan seniman harus mempertimbangkan aspek kegunaan, hasil karya seni ini disebut seni guna atau seni terapan. Contoh : Kriya, karya seni yang dapat dipergunakan untuk perlengkapan/peralatan rumah tangga yang berasal dai gerabah dan rotan.

g. Fungsi Seni untuk Kesehatan (Terapi)
Pengobatan untuk penderita gangguan physic ataupun medis dapat distimulasi melalui terapi musik, jenis musik disesuaikan dengan latar belakang kehidupan pasien. Terapi musik telah terbukti mampu digunakan untuk menyembuhkan penyandang autisme, gangguan psikologis trauma pada suatu kejadian, dan lain-lain. Menurut Siegel (1999) menyatakan bahwa musik klasik menghasilkan gelombang alfa yang menenangkan yang dapat merangsang sistem limbic jarikan neuron otak. Menurut Gregorian bahwa gamelan dapat mempertajam pikiran.


1.8. Apresiasi Seni
Apresiasi Seni adalah menikmati, menghayati dan merasakan suatu objek atau karya seni lebih tepat lagi dengan mencermati karya seni dengan mengerti dan peka terhadap
segi-segi estetiknya, sehingga mampu menikmati dan memaknai karya-karya tersebut dengan semestinya. S.E. Effendi mengungkapkan bahwa apresiasi adalah mengenali karya sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan untuk mencermati kelebihan dan kekurangan terhadap karya.

Kegiatan apresiasi meliputi :
a. Persepsi
Kegiatan mengenalkan pada anak didik akan bentuk-bentuk karya seni di Indonesia, misalnya, mengenalkan tari-tarian, musik, rupa, dan teater yang berkembang di Indonesia, baik tradisi, maupun moderen.
Pada kegiatan persepsi kita dapat mengarahkan dan meningkatkan kemampuan dengan mengidentifikasi bentuk seni.


b. Pengetahuan
Pemberian pengetahuan sebagai dasar dalam mengapresiasi baik tentang sejarah seni yang diperkenalkan, maupun istilah-istilah yang biasa digunakan di masing-masing bidang seni.
c. Pengertian
Membantu menerjemahkan tema ke dalam berbagai wujud seni, berdasarkan pengalaman, dalam kemampuannya dalam merasakan musik.
d. Analisis
Mendeskripsikan salah satu bentuk seni yang sedang dipelajari, menafsir objek yang diapresiasi.
e. Penilaian
Melakukan penilaian tehadap karya-karya seni yang diapresiasi, baik secara subyektif maupun obyektif.
f. Apresiasi
Menurut Soedarso (1987) ada tiga pendekatan dalam melakukan apresiasi yakni : 1). pendekatan aplikatif, 2). pendekatan kesejarahan, 3). Pendekatan problematik.

Pendekatan aplikatif, adalah pendekatan dengan cara melakukan sendiri macam macam kegiatan seni. Pendekatan kesejarahan adalah, dengan cara menganalisis dari sisi periodisasi dan asal usulnya. Sedangkan pendekatan problematik, dengan cara memahami permasalahan di dalam seni.
Seorang pengamat akan berbeda dengan pengamat lainnya dalam menilai sebuah pertunjukan seni. Hal ini didasarkan pada pengalaman estetik, dan latar belakang pendidikan yang berbeda.

Bahasan kajian dalam mengapresiasi seni pada tingkatan awal dengan pendekatanaplikatif adalah sebagai berikut:

Seni Musik Klasik
_ Ciri khas musiknya
_ Bentuk musik dari zamannya
_ Struktur musiknya
_ Gaya musiknya

Seni Musik Tradisi
_ Ciri-ciri khas musiknya : - Laras
- Pola tabuhan
- Instrumen yang dimainkan
- Struktur musiknya
- Gaya musiknya
_ Fungsi seni
_ Ekspresif (nilai-nilai keindahan)
_ Makna / pesan yang terkandung

Seni Tari Kreatif
_ Mencermati identifikasi gerak
_ Mencermati keharmonisan gerak dan musik
_ Mencermati kreativitas gerak
_ Mencermati kemampuan wiraga / kelenturan
_ Mengidentifikasi jenis tari berdasarkan garapan
_ Mengidentifikasi tari berdasarkan orientasi
_ Mengidentifikasi berdasarkan fungsinya

Seni Teater
_ Mengidentifikasi perbedaan teater dan film
_ Mengidentifikasi keberhasilan suatu pementasan
_ Mengidentifikasi nada ucapan dan makna dalam dialog
_ Mengidentifikasi plot lakon

Seni Rupa
_ Makna
_ Gaya
_ Material
_ Elemen
_ Estetika

WAWASAN SENI

A. Pengertian Seni
1. Asal mula kata Seni
~ I Gusti Bagus Sugriwa : Seni →Sani (sangsekerta) artinya persembahan, pelayanan, dan pemberian.
~ Padmapusphita : Seni→(Genie/Belanda) →Genius (Latin) artinya kemampuan luar biasa yang di bawa sejak lahir.

2. Definisi Seni
a. Seni sebagai Ketrampilan
Suatu ketrampilan untuk membuat barang-barang atau mengerjakan sesuatu.
b. Seni Sebagai Kegiatan Manusia
Suatu kegiatan atau aktifitas manusia dalam melahirkan karya seni.

1) Leo Tolstoy
Suatu kegiatan manusia yang secara sadar dengan perantara tanda-tanda lahiriah tertentu menyampaikan perasaan-perasaan yang telah dihayati kepada orang lain sehingga orang lain itu ikut merasakan perasaan-perasaan seperti yang ia alami.

2) Everyman Encyklopedia
Segala sesuatu yang dilakukan orang bukan atas dasar dorongan kebutuhan pokoknya, melainkan apa saja yang dilakukan semata-mata karena kehendak akan kemewahan, kenikmatan ataupun kebutuhan spiritual.

3) Achdiat Kartamihardja
Kegiatan rohani manusia yang merefleksi kenyataan dalam suatu karya yang berkat bentuk dan isinya mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam alam rohani si penerimanya.

4) Thomas Munro
Alat buatan manusia untuk menimbulkan efek-efek psikologis atas manusia lain yang melihatnya.

c. Seni sebagai Karya Seni
Seni meliputi setiap benda yang dibuat oleh manusia.

d. Seni sebagai Keindahan (seni murni)
Seni adalah segala macam keindahan yang diciptakan oleh manusia.

Ki Hadjar Dewantoro
Segala perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah sehingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia.

Teori Keindahan :
1. Teori Subyektif
Memandang bahwa keindahan terletak pada diri yang melihat
2. Teori Objektif
Memandang bahwa keindahan terletak pada objek yang dilihat.

Teori Subjektif
1) Socrates
Keindahan adalah segala sesuatu yang menyenangkan dan memenuhi keinginan terakhir.
2) Emanuel Kant
Keindahan adalah yang menyenangkan tanpa pamrih dan tanpa adanya konsep-konsep tertentu.
3) Fichte
Keindahan bukan terletak pada objek, tetapi terdapat dalam batin atau jiwa.

Teori Objektif
1) Santo Agustinus
Keindahan ialah kesatuan bentuk-bentuk.
2) Thomas Aquinas
Ada tiga syarat yang dikatakan indah: pertama kesatuan, kedua proporsi yang tepat, ketiga adanya klaritas atau kejelasan.
3) Herbert Read
Keindahan adalah kesatuan hubungan bentuk-bentuk.

e. Seni sebagai Proses Kreasi
Seni adalah pengalaman estetik yang diwujudkan melalui kegiatan kegiatan kreatif yang menghasilkan karya pesona.


B. Cabang-cabang Seni
1. Seni Rupa
Menurut bentuknya:
1). Seni rupa dua dimensi ( dwi matra)
2). Seni rupa tiga dimensi ( tri matra )

Cabang-cabang seni rupa :
a. Seni Lukis
1) Sketsa
Macamnya : sketsa rencana, sketsa lukis dan sketsa catatan
2) Gambar
Macamnya : gambar bentuk, gambar model, gambar ilustrasi, gambar dekorasi, gambar desain dan gambar arsitektur.
3) Lukisan

b. Seni Reklame
Berasal dari kata Re dan Clamo (Latin) Re artinya berulang-ulang/kembali dan Clamo artinya seruan/panggilan.

Jenis-jenis reklame :
1) Iklan/advertensi
2) Sticker
3) Pamflet/plakat dan Selebaran
4) Etiket
5) Cap dagang
6) Katalogus
7) Logo/inisial
8) Slide
9) Etalase
10) Spanduk
11) Brosur
12) Poster
13) Baleho
14) Cut out display
15) Billboard (Reklame papan)
16) Name board (Papan nama)
17) Neon lamp-Neon box

c. Seni Ilustrasi
Berasal dari kata Ilustration (Inggris)→ Ilustrare (Latin) artinya : menjelaskan atau menerangkan sesuatu.
Jenis-jenis Ilustrasi :
1) Ilustrasi cerita
a) Ilustrasi cerita bergambar (komik)
b) Ilustrasi cerpen atau novel/roman
c) Ilustrasi kartun
2) Ilustrasi artikel
3) Ilustrasi cover
4) Karikatur
5) Vignet

d. Seni Grafis
Berasal dari kata grafos (Yunani ) yang artinya tulisan atau gambar yang dibuat dengan jalan menggoreskan benda tajam di atas lempengan batu atau logam
Jenis-jenis cetakan (klise) seni grafis :
1). Cetak tinggi
2). Cetak dalam
3). Cetak datar
4). Cetak saring

e. Seni Dekorasi
Berasal dari kata decoration (Inggris) yang berati hiasan atau menghias.
Macam-macam seni dekorasi :
1). Seni dekorasi dua dimensi
a). Motif hias
b). Seni lukis hias : Tempera, Al Fresco, Al Secco, mozaik, intarsia, Aplikasi, Mural, Kolase.
2). Seni dekorasi tiga dimensi
a). Seni hias tiga dimensi
b). Seni interior
c). Seni eksterior

f. Seni Patung
Merupakan cabang seni yang proses penciptaannya diwujudkan lewat bentuk tiga dimensi sehingga dapat dilihat dari berbagai arah.

g. Seni Kria
Merupakan seni yang proses penciptaannya memerlukan skill atau ketrampilan yang tinggi


2. Seni Tari
Seni yang dihasilkan dari gerak, mimik, dan tingkah laku seseorang.
Unsur-unsur seni tari :
a. Wiraga
Wit : asal atau dasar, raga : badan/anggota tubuh.
artinya penataan badan dan bagian tubuh lainnya yang bergerak.
b. Wirama
Suatu pola untuk mencapai suatu gerakan yang harmonis.
c. Wirasa
Merupakan tingkatan penghayatan dan penjiwaan dari sebuah tarian.

Fungsi Tari :
1). Tarian sakral
Jenis tarian yang dianggap suci atau keramat (adat, kepercayaan, keagamaan), misal tari Pendet, Rejang, Mapeling, Ngaben, dan Kuda Lumping.
2). Tarian profan
Jenis tarian yang berhubungan dengan masyarakat.
a). Tari pergaulan misal : tari Tayuban, Ketuk Tilu, dan Joged
b). Tari pertunjukkan/tontonan ( tarian lepas dan dramatari )
misal : tari tunggal, berpasangan, dan kelompok.

Tema Tari :
1). Tari pantomin
Menirukan gerak-gerik alam, binatang, dan kehidupan manusia, misalnya : tari Kupu-kupu ; Merak; Berburu ; Nelayan dll.
2). Tari erotik
Mengandung isi yang erotik atau percintaan, misalnya : tari Gambyong ; Joged ; Ma Engket ; Serampang 12 ; Anjasmara dll.
3). Tari heroik
Mengandung unsur kepahlawanan atau berbentuk perang, misalnya : Tari Mandau ; Perang Gatot Kaca ; Arjuna melawan Cakil dll.

Susunan/koreografi tari :
1). Tarian rakyat ( tidak mengindahkan norma-norma keindahan tertentu )
misal : tarian sakral dan tari profan
2). Tari klasik ( standar keindahan baku )
misal : tari Wayang ( Arjuna , Srikandi, Gatot Kaca, Balet)
3). Tari kreasi baru (mengutamakan selera penyusun )
misal : Kupu-kupu, Sekar Putri, Jaipong dll.

3. Seni Sastra
Berasal dari kata susastra (Sangsekerta). Su→baik, bagus dan sastra→buku, tulisan atau huruf. Jadi kesusastraan artinya tulisan yang mempunyai bahasa yang indah dan baik.

Seni sastra menurut bentuknya :
a.Puisi
1). Puisi lama
2). Puisi baru
3). Puisi modern
b. Prosa
1). Prosa lama
2). Prosa baru/modern
c. Prosa Lirik

Seni sastra menurut sifat dan isinya :
1). Epik (objektif )
2). Lirik ( subjektif )
3). Dramatik ( paparan )

4. Seni Teater
Berasal dari kata theatron (Yunani) yang artinya gedung pertunjukkan, pertunjukkan itu sendiri dan penonton.
Istilah yang berhubungan dengan seni teater yaitu drama dan sandiwara. Drama→dramas (Yunani) artinya suatu perbuatan/ kumpulan pertunjukkan perikehidupan seseorang. Sandiwara (sangsekerta), sandi →rahasia/lambang, dan wara→pelajaran.
Seni Drama (teater, sandiwara )→seni pertunjukkan yang menyajikan perikehidupan manusia di atas pentas.

Pembagian drama
Drama menurut masa :
1). Drama lama atau tradisional
2). Drama klasik atau sandiwara
Drama menurut isi :
1). Drama tragedi
2). Drama komedi
3). Drama tragedi-komedi

Jenis drama :
1). Drama tragedi
2). Drama komedi
3). Melodrama
4). Farce
5). Lelucon dan dagelan
6). Opera dan operette
7). Pantomim atau tableu


Drama menurut teori mutakhir :
1). Drama teater
2). Drama film atau televisi


5. Seni Musik
Asal mula kata musik
~ Berasal dari kata mousikos/mosike (Yunani ) atau musika/musa (Latin) atau muse (Inggris). Kata ini di ambil dari nama salah satu dewa Yunani yaitu mousikos yang dilambangkan sebagai dewa keindahan dan menguasai bidang kesenian dan ilmu pengetahuan.
~ Adapula yang mengatakan seni dari kaum muzen. Menurut pujangga Hesiodus, mahadewa Zeus dengan permaisurinya Muemosyna mempunyai sembilan putri :
1). Dewi Clio menguasai sejarah
2). Dewi Euterpe menguasai puisi liris
3). Dewi Thalia menguasai komedi
4). Dewi Melphomene menguasai tragedi
5). Dewi Erato menguasai pantomim dan syair cinta
6). Dewi Polyhymnia menguasai hymne
7). Dewi Calliope menguasai syair kepahlawanan
8). Dewi Urania menguasai bintang
9). Dewi Tersichore menguasai seni tari dan musik

Arti musik
a. Menurut R.G Esscher, Erickson dan Dr. Mantle hood, musik adalah gerakan dan totalitanya musik merupakan sifat-sifat ritmis, harmonis dan ia adalah suatu energi psikis yang segera menyatakan diri keluar dalam formasi nada-nada tertentu .
b. Aaron Copland berpendapat bahwa musik terdiri dari empat unsur pokok yakni ; ritme, melodi, harmoni dan tone colour ( warna nada )
c. Para ahli ilmu jiwa berpendapat bahwa musik adalah bahasa atau curahan jiwa. Pendapat ini dianut oleh filosof Emanuel Kant.
d. E. Hanslick berpendapat bahwa musik adalah gerakan bunyi (“ the essence of music sound in motion” )
e. Ditinjau dari segi ilmu fisika/ ilmu alam, menurut K.S Laurila musik adalah deretan nada yang secara obyektif tidak lebih dari getaran-geatran udara dan secara subjektif hanya kesan-kesan pendengaran saja.
f. Ditinjau dari segi bentuknya musik adalah sekumpulan nada yang mengandung ritme, melodi dan harmoni yang keseluruhannya merupakan suatu kesatuan (unity) serta merupakan sutau pernyataan ide musikal tertentu.
g. Menurut Aristoteles musik adalah curahan kekuatan tenaga batin dan tenaga penggambaran yang berasal dari gerak rasa dalam sutau rentetan suara (melodi) yang berirama.
h. Pendapat lain menyatakan bahwa musik adalah totalita fenomena akustik yang diuraikan terdiri atas tiga unsur pokok yakni:
1) unsur yang bersifat material
2) unsur yang bersifat spiritual
3) unsur yang bersifat moral
i. Adapula yang mengatakan bahwa musik adalah segala bunyi.
Dan masih banyak lagi definisi yang lainnya

Unsur-unsur musik
1. Ritme
2. Melodi
3. Harmoni
4. Tone colour (waran nada)
5. Kekuatan syair


C. Fungsi Seni

1. Fungsi Umum Seni
Menurut Charles Batteaux fungsi seni dibagi dua bagian :
a. Seni murni/seni indah (pure art/fine art)
Seni yang semata-mata hanya terikat pada kepentingan estetis. Penikmatannya lebih pada kebutuhan emosional.
b. Seni pakai/seni guna (applied art/useful art)
Seni yang diciptakan selain terikat kepentingan estetis juga terikat kepentingan utamanya.

2. Fungsi Individual Seni
a. Fungsi Individual yang memenuhi kebutuhan emosional
Seni merupakan sarana untuk mengungkapkan jiwa dan emosi, menyatakan keberadaan (existensi), menuangkan rasa estetis dan perasaan-perasaan lainnya.
b. Fungsi Individual yang memenuhi kebutuhan fisik
Seni yang penekanan penciptaanya lebih diutamakan pada kegunaan

3. Fungsi Sosial Seni
a. Bidang Rekreasi
b. Bidang Komunikasi
c. Bidang Keagamaan
d. Bidang Pendidikan


D. Tujuan Seni
1. Tujuan Ritual
2. Tujuan Ekspresi
3. Tujuan Komersial

Fotoku

Apresiasi Seni Rupa

1. Pengertian Seni Rupa
Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan karya yang dapat menyentuh jiwa spiritual manusia. Karya seni merupakan suatu wujud ekspresi yang bernilai dan dapat dirasakan secara visual maupun audio. Seni terdiri dari musik, tari, rupa, dan drama/sastra. Seni rupa merupakan ekspresi yang diungkapkan secara visual dan terwujud nyata (rupa).
Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika.
Perkembangan keilmuan seni rupa dalam beberapa tahun terakhir ini mengalami perluasan ke arah wahana besar yang kita kenal sebagai budaya rupa (visual culture). Lingkup sesungguhnya tidak hanya cabang-cabang seni rupa yang kita kenal saja, seperti lukis, patung, keramik, grafis dan kriya, tapi juga meliputi kegiatan luas dunia desain dan kriya (kerajinan), multimedia, fotografi.
Seni rupa di dalam Bahasa Inggris adalah fine art. Namun sesuai perkembangan dunia seni modern, istilah fine art menjadi lebih spesifik kepada pengertian seni rupa murni untuk kemudian menggabungkannya dengan desain dan kriya ke dalam bahasan visual arts.
Bidang seni rupa dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu seni rupa murni, kriya, dan desain. Seni rupa murni mengacu kepada karya-karya yang hanya untuk tujuan pemuasan eksresi pribadi, sementara kriya dan desain lebih menitik beratkan fungsi dan kemudahan produksi.
Tugas 1 : Apa yang dimaksud dengan seni rupa?

2. Bidang seni rupa
a. Seni rupa murni
 Seni lukis
 Seni grafis
 Seni patung
 Seni instalasi
 Seni pertunjukan
 Seni keramik
 Seni film
 Seni koreografi
 Seni fotografi




b. Desain
 Arsitektur
 Desain grafis
 Desain interior
 Desain busana
 Desain produk


c. Kriya
 Kriya tekstil
 Kriya kayu
 Kriya keramik
 Kriya rotan




2.1. Seni Murni

Seni rupa murni lebih mengkhususkan diri pada proses penciptaan karya seninya dilandasi oleh tujuan untuk memenuhi kebutuhan akan kepuasan batin senimannya.Seni murni diciptakan berdasarkan kreativitas dan ekspresi yang sangat pribadi (lukis, patung, grafis, keramik ). Namun dalam hal tertentu, karya seni rupa murni itu dapat pula diperjualbelikan atau memiliki fungsi sebagai benda pajangan dalam sebuah ruang.
a. Seni lukis salah satu jenis seni murni berwujud dua dimensi pada umumnya dibuat di atas kain kanvas berpigura dengan bahan cat minyak, cat akrilik, atau bahan lainnya.
b. Seni patung salah satu jenis seni murni berwujud tiga dimensi. Patung dapat dibuat dari bahan batu alam, atau bahan-bahan industri seperti logam,serat gelas, dan lain-lain.
c. Seni Grafis merupakan seni murni dua dimensi dikerjakan dengan teknik cetak baik yang bersifat konvensional maupun melalui penggunaan teknologi canggih. Teknik cetak konvensional antara lain : 1) Cetak Tinggi ( Relief Print ) : wood cut print, wood engraving print, lino cut print, kolase print ; 2) Cetak Dalam ( Intaglio ) : dry point, etsa, mizotint,sugartint ; (3) sablon ( silk screen ). Teknik Cetak dengan teknologi modern, misalnya offset dan digital print.
d. Seni keramik termasuk seni murni tiga dimensi sebagai karya bebas yang tidak terikat pada bentuk fungsional.
Tugas 2: Apakah yang dimaksud dengan seni rupa murni?
Tugas 3: Sebutkan cabang-cabang seni rupa murni!

2.2. Desain
Semua benda dan bangunan di sekitar Kamu merupakan karya desain, baik dengan pendekatan estetis, maupun pendekatan fungsional. Istilah desain mengalami perluasan makna, yaitu sebagai kegiatan manusia yang berupaya untuk memecahkan masalah kebutuhan fisik.
Desain merupakan suatu aktivitas yang bertitik tolak dari unsur-unsur obyektif dalam mengekspresikan gagasan visualnya. Unsur-unsur obyektif suatu karya desain adalah adanya unsure rekayasa (teknologi), estetika (gaya visual), prinsip sains (fisika), pasar (kebutuhan masyarakat), produksi (industri), bahan (sumber daya alam), budaya (Sikap, mentalitas, aturan, gaya hidup), dan lingkungan (social).
Unsur objektif yang menjadi pilar sebuah karya desain dapat berubah tergantung jenis desain dan pendekatan.

Cabang-cabang desain yang kita kenal antara lain ada di bawah ini :
a. Desain Produk (Industrial Design)
Desain produk adalah cabang seni rupa yang berupaya untuk memecahkan persoalan kebutuhan masyarakat akan peralatan dan benda sehari-hari untuk menunjang kegiatannya, seperti : mebel, alat rumah tangga, alat transportasi, alat tulis, alat makan, alat kedokteran, perhiasan, pakaian, sepatu, pengatur waktu, alat kebersihan, cindera mata, kerajinan, mainan anak, bahkan perkakas pertukangan.

b. Desain Grafis/ Desain Komunikasi Visual
Desain grafis adalah bagian dari seni rupa yang berupaya untuk memecahkan kebutuhan masyarakat akan komunikasi rupa yang dicetak, seperti poster, brosur, undangan, majalah, surat kabar, logo perusahan, kemasan, buku, dan bhkan juga cerita bergambar (komik), ilustrasi, dan karikatur,. Desain grafis kemudian mengalami perkembangan sejalan dengan kebutuhan masyarakat. Kini cabang seni rupa ini dikenal dengan nama desain komunikasi visual dengan penambahan cakupannya meliputi multimedia dan fotografi.

c. Desain arsitektur
Terdapat dua pandangan yang berbeda terhadap dunia arsitektur. Yakni, pandangan yang menempatkan arsitektur sebagai bidang keahlian teknik (keinsinyuran) dan pandangan yang menempatkan arsitektur sebagai bagian dari seni. Secara umum, desain asitektur adalah suatu kegiatan yang berupaya untuk memecahkan akan kebutuhuhan hunian masyarakat yang indah dan nyaman. Seperti rumah tinggal, perkantoran, sarana relaksasi, stadion olah raga, rumah sakit, tempat ibadah, bangunan umum, hingga bangunan industri.

d. Desain interior
Desain Interior adalah suatu cabang seni rupa yang berupaya untuk memecahkan kebutuhan akan ruang yang nyaman dan indah dalam sebuah hunian, seperti ruang hotel, rumah tinggal, bank, museum, restoran, kantor, pusat hiburan, rumah sakit, sekolah, bahkan ruang dapur dan kafe. Banyak yang berpandangan bahwa desain interior merupakan bagian dari arsitektur dan menjadi kesatuan yang utuh dengan desain tata ruang secara keseluruhan. Namun, pandangan ini berubah ketika profesi desain interior berkembang menjadi ilmu untuk merancang ruang dalam dengan pendekatan-pendekatan keprofesionalan.
Dunia desain berkembang sejalan dengan kemajuan kebudayaan manusia. Masyarakat juga mengenal desain multimedia. Cabang desain ini berkembang sejalan dengan tumbuhnya teknologi komputer dan dunia pertelevisian.
Tugas 4: Apakah yang dimaksud dengan Desain?
Tugas 5: Sebutkan cabang-cabang Desain!

2.3. Kriya
Perkembangan dalam dunia seni rupa, adalah munculnya kriya sebagai bagian tersendiri yang terpisah dari seni rupa murni. Jika sebelumnya kita mengenal istilah seni kriya sebagai bagian dari seni murn, kita mengenal istilah kriya atau ada pula yang menyebutnya kriya seni. Kriya merupakan pengindonesiaan dari istilah Inggris Craft, yaitu kemahiran membuat produk yang bernilai artistik dengan keterampilan tangan, produk yang dihasilkan umumnya eksklusif dan dibuat tunggal, baik atas pesanan ataupun kegiatan kreatif individual. Ciri karya kriya adalah produk yang memiliki nilai keadiluhungan baik dalam segi estetik maupun guna. Sedangkan karya kriya yang kemudian dibuat misal umumnya dikenal sebagai barang kerajinan
Tugas 6: Apakah yang dimaksud dengan Kriya?
3. Periodisasi Seni Lukis
Dalam http://id.wikipedia.org, Seni lukis adalah salah satu induk dari seni rupa. Dengan dasar pengertian yang sama, seni lukis adalah sebuah pengembangan yang lebih utuh dari drawing. Periodisasi seni lukis dibagi dalam :
3.1. Zaman prasejarah
Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar. Peninggalan-peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusia telah mulai membuat gambar pada dinding-dinding gua untuk mencitrakan bagian-bagian penting dari kehidupan mereka.
Semua kebudayaan di dunia mengenal seni lukis. Ini disebabkan karena lukisan atau gambar sangat mudah dibuat. Sebuah lukisan atau gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang sederhana seperti arang, kapur, atau bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah yang dilakukan orang-orang gua adalah dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan daun-daunan atau batu mineral berwarna. Hasilnya adalah jiplakan tangan berwana-warni di dinding-dinding gua yang masih bisa dilihat hingga saat ini. Kemudahan ini memungkinkan gambar (dan selanjutnya lukisan) untuk berkembang lebih cepat daripada cabang seni rupa lain seperti seni patung dan seni keramik.
Seperti gambar, lukisan kebanyakan dibuat di atas bidang datar seperti dinding, lantai, kertas, atau kanvas. Dalam pendidikan seni rupa modern di Indonesia, sifat ini disebut juga dengan dwi-matra (dua dimensi, dimensi datar). Seiring dengan perkembangan peradaban, nenek moyang manusia semakin mahir membuat bentuk dan menyusunnya dalam gambar, maka secara otomatis karya-karya mereka mulai membentuk semacam komposisi rupa dan narasi (kisah/cerita) dalam karya-karyanya.
Objek yang sering muncul dalam karya-karya purbakala adalah manusia, binatang, dan obyek-obyek alam lain seperti pohon, bukit, gunung, sungai, dan laut. Bentuk dari obyek yang digambar tidak selalu serupa dengan aslinya. Ini disebut citra dan itu sangat dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis terhadap obyeknya. Misalnya, gambar seekor banteng dibuat dengan proporsi tanduk yang luar biasa besar dibandingkan dengan ukuran tanduk asli. Pencitraan ini dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis yang menganggap tanduk adalah bagian paling mengesankan dari seekor banteng. Karena itu, citra mengenai satu macam obyek menjadi berbeda-beda tergantung dari pemahaman budaya masyarakat di daerahnya. Pencitraan ini menjadi sangat penting karena juga dipengaruhi oleh imajinasi. Dalam perkembangan seni lukis, imajinasi memegang peranan penting hingga kini.
Pada mulanya, perkembangan seni lukis sangat terkait dengan perkembangan peradaban manusia. Sistem bahasa, cara bertahan hidup (memulung, berburu dan memasang perangkap, bercocok-tanam), dan kepercayaan (sebagai cikal bakal agama) adalah hal-hal yang mempengaruhi perkembangan seni lukis. Pengaruh ini terlihat dalam jenis obyek, pencitraan dan narasi di dalamnya. Pada masa-masa ini, seni lukis memiliki kegunaan khusus, misalnya sebagai media pencatat (dalam bentuk rupa) untuk diulangkisahkan. Saat-saat senggang pada masa prasejarah salah satunya diisi dengan menggambar dan melukis. Cara komunikasi dengan menggunakan gambar pada akhirnya merangsang pembentukan sistem tulisan karena huruf sebenarnya berasal dari simbol-simbol gambar yang kemudian disederhanakan dan dibakukan.
Tugas 7 : Objek apa saja yang sering muncul dalam karya lukisan purbakala?
3.2. Seni lukis zaman klasik
Di zaman ini lukisan dimaksudkan untuk meniru semirip mungkin bentuk-bentuk yang ada di alam. Hal ini sebagai akibat berkembangnya ilmu pengetahuan dan dimulainya kesadaran bahwa seni lukis mampu berkomunikasi lebih baik daripada kata-kata dalam banyak hal. Selain itu, kemampuan manusia untuk menetap secara sempurna telah memberikan kesadaran pentingnya keindahan di dalam perkembangan peradaban.

3.3. Seni lukis zaman pertengahan
Sebagai akibat terlalu kuatnya pengaruh agama di zaman pertengahan, seni lukis mengalami penjauhan dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sihir yang bisa menjauhkan manusia dari pengabdian kepada Tuhan. Akibatnya, seni lukis pun tidak lagi bisa sejalan dengan realitas.
Kebanyakan lukisan di zaman ini lebih berupa simbolisme, bukan realisme. Sehingga sulit sekali untuk menemukan lukisan yang bisa dikategorikan "bagus".
Lukisan pada masa ini digunakan untuk alat propaganda dan religi. Beberapa agama yang melarang penggambaran hewan dan manusia mendorong perkembangan abstrakisme (pemisahan unsur bentuk yang "benar" dari benda).
Namun sebagai akibat pemisahan ilmu pengetahuan dari kebudayaan manusia, perkembangan seni pada masa ini mengalami perlambatan hingga dimulainya masa renaissance.
Tugas 9 : Bagaimana ciri khas lukisan di zaman pertengahan?

3.3. Seni lukis zaman Renaissance
Berawal dari kota Firenze. Setelah kekalahan dari Turki, banyak sekali ahli sains dan kebudayaan (termasuk pelukis) yang menyingkir dari Bizantium menuju daerah semenanjung Italia sekarang.
Dukungan dari keluarga deMedici yang menguasai kota Firenze terhadap ilmu pengetahuan modern dan seni membuat sinergi keduanya menghasilkan banyak sumbangan terhadap kebudayaan baru Eropa.
Seni Rupa menemukan jiwa barunya dalam kelahiran kembali seni zaman klasik. Sains di kota ini tidak lagi dianggap sihir, namun sebagai alat baru untuk merebut kembali kekuasaan yang dirampas oleh Turki.
Pada akhirnya, pengaruh seni di kota Firenze menyebar ke seluruh Eropa hingga Eropa Timur.
Revolusi Industri di Inggris telah menyebabkan mekanisasi di dalam banyak hal. Barang-barang dibuat dengan sistem produksi massal dengan ketelitian tinggi. Sebagai dampaknya, keahlian tangan seorang seniman tidak lagi begitu dihargai karena telah digantikan kehalusan buatan mesin.
Sebagai jawabannya, seniman beralih ke bentuk-bentuk yang tidak mungkin dicapai oleh produksi massal (atau jika bisa, akan biaya pembuatannya menjadi sangat mahal). Lukisan, karya-karya seni rupa, dan kriya diarahkan kepada kurva-kurva halus yang kebanyakan terinspirasi dari keindahan garis-garis tumbuhan di alam.
Tugas 10 : Bagaimana ciri khas lukisan di zaman Renaissance?

4. Aliran-Aliran Seni Rupa

Berbagai aliran dalam seni rupa berkembang terus dari jaman ke jaman, antara lain :

a. Naturalisme
Aliran ini merupakan suatu aliran seni rupa yang mengutamakan kesesuaian dengan keadaan mahluk hidup, alam, dan benda mati sebenarnya. Contoh yang paling terlihat adalah pada lukisan potret diri, pemandangan alam, atau landscape.

b. Realisme
Aliran ini menunjukkan suatu keadaan sosial yang sesungguhnya dan biasanya memprihatinkan dan sedang bergejolak di dunia atau suatu tempat tertentu. Contoh aliran seni rupa ini antara lain melukiskan kemiskinan, kesedihan, atau peristiwa yang memilukan.
c. Romantisme
Aliran ini umumnya ditandai oleh tema-tema yang fantastis, penuh khayal, atau petualangan para pahlawan purba. Juga banyak menampilkan berbagai perilaku dan karakter manusia yang dilebih-lebihkan.
Para pelukis ini antara lain Eugene delacroik (1798-1963), Jean Baptiste Camille Corot(1796-1875) dan Rousseau (1812-1876). Gaya ini juga berkembang di Jerman, Belanda, dan Perancis.
Aliran Romantisme merupakan aliran tertua di dalam sejarah seni lukis modern Indonesia. Lukisan dengan aliran ini berusaha membangkitkan kenangan romantis dan keindahan di setiap objeknya. Pemandangan alam adalah objek yang sering diambil sebagai latar belakang lukisan.
Romantisme dirintis oleh pelukis-pelukis pada zaman penjajahan Belanda dan ditularkan kepada pelukis pribumi untuk tujuan koleksi dan galeri di zaman kolonial. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Raden Saleh.

d. Impresionisme
Aliran ini dalam dunia seni rupa berawal dari ungkapan yang mengejek pada karya Claude Monet (1840-1926) pada saat pameran di Paris tahun 1874. Karya ini menggambarkan bunga teratai dipagi hari yang ditampilkan dalam bentuk yang samar dan warna kabur dan oleh sebagian kritikus seni disebut sebagai “impresionistik “, suatu lukisan yang menampilakan bentuk yang sederhana dan terlampau biasa.

e. Ekspresionisme
Adalah suatu aliran dalam seni rupa yang melukiskan suasana kesedihan, kekerasan, kebahagiaan, atau keceriaan dalam ungkapan rupa yang emosional dan ekspresif. Salah seorang pelukis yang beraliran Ekspresionisme adalah Vincent van Gogh (1853-1890). Lukisan lukisannya penuh dengan ekpresi gejolak jiwa yang diakibatkan oleh penderitaan dan kegagalan dalam hidup.salah satu lukisannya yang terkenal adalah “Malam Penuh Bintang “(1889), yang mengekpresikan gairah yuang tinggi sekaligus perasaan kesepian.
f. Kubisme
Kubisme adalah suatu aliran dalam seni rupa yang bertitik tolak dari penyederhanaan bentuk-bentuk alam secara geometris (berkotak-kotak). Pada tahun 1909 berkembang aliran kubisme Analistis yang mengembangkan konsep dimensi empat dalam seni lukis. Dan dimengerti sebagai konsep dimensi ruang dan waktu dalam lukisan.
Pada setiap sudut lukisan terlihat objek yang dipecah-pecah dengan posisi waktu yang berbeda. Sedangkan Kubisme Sintetis, pelukisannya disusun dengan bidang yang berlainan yang saling tumpang dan tembus.
Adalah aliran yang cenderung melakukan usaha abstraksi terhadap objek ke dalam bentuk-bentuk geometri untuk mendapatkan sensasi tertentu. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Pablo Picasso.

g. Konstruksifisme
Aliran seni ini awalnya berkembang di Rusia penggagasnya antara lain Vladimir Tattin, Antoine Pevsner, dan Naum Gabo. Gaya ini mengetengahkan berbagai karya seni berbentuk tiga dimensional namun wujudnya abstrak. Bahan-bahan yang dipergunakan adalah bahan modern seperti besi beton, kawat, bahkan plastik.

h. Abstrakisme
Seni ini menampilkan unsur-unsur seni rupa yang disusun tidak terbatas pada bentuk-bentuk yang ada di alam. Garis, bentuk, dan warna ditampilkan tanpa mengindahkan bentuk asli di alam. Kadinsky dan Piet Mondrian marupakan sebagian perupa beraliran abstrak ini. Seni Abstrak ini pada dasarnya berusaha memurnikan karya seni, tanpa terikat dengan wujud di alam.

i. Dadaisme
Adalah gerakan seni rupa modern yang memiliki kecendrungan menihilkan hukum–hukum keindahan yang ada.Ciri utama gaya ini adalah paduan dari berbagai karya lukisan, patung atau barang tertentu dengan menambahkan unsur rupa yang tak lazim sebagai protes pada keadaan sekitarnya, seperti lukisan reproduksi lukisan “Monalisa “ karya Leonardo da Vinci tetapi diberi kumis, atau petusan laki-laki diberi dudukan dan tandatangan, kemudian dipamerkan di suatu galeri.

j. Surealisme
Adalah penggambaran dunia fantasi psikologis yang diekspresikan secara verbal, tertulis maupun visual. Bentuk-bentuk alam dideformasi, sehingga penuh fantasi dan di luar kewajaran.
Lukisan dengan aliran ini kebanyakan menyerupai bentuk-bentuk yang sering ditemui di dalam mimpi. Pelukis berusaha untuk mengabaikan bentuk secara keseluruhan kemudian mengolah setiap bagian tertentu dari objek untuk menghasilkan sensasi tertentu yang bisa dirasakan manusia tanpa harus mengerti bentuk aslinya.

k. Elektisisme
Yaitu gerakan seni awal abad ke- 20 yang mengkombinasikan berbagai sumbergaya yang ada di dunia menjadi wujud seni modern. Banyak yang menjadi sumber inspirasi dari gaya seni ini. Antara lain, gaya seni primitive sejumlah suku bangsa di Afrika, karya seni pra-sejarah, seni amerika Latin, gaya esetik Mesir Purba, dan Yunani Kuno. Tokoh-tokoh seni yang menerapkan gaya ini antasra lain Picasso (disamping sebagai tokoh Kubisme), Paul Gaugguin, Georges Braque, Jean Arp, Henry Moore, dan Gabo.

l. Posmodernisme
Istilah seni ini umumnya disebut seni kontemporer yaitu mengelompokan gaya-gaya seni rupa yang sezaman dengan pengamat atau yang menjadi kecenderungan popular dan dipilih oleh para seniman dalam rentang lima puluh tahun terakhir hingga sekarang.
Gaya ini sering diartikan sebagai aliran yang berkembang setelah seni modern. Jika dalam seni modern lebih memusatkan kepada ekspresi pribadi dan penggalian gaya baru, dalam seni Posmodern ungkapan seni lebih ditekankan kepada semantika (makna rupa) dan semiotika (permainan tanda rupa).
Tugas 11 : Coba sebutkan 11 aliran dalam seni rupa!
Tugas 12 : Lukisan Potret diri, pemandangan alam dan atau landscape termasuk seni rupa aliran ?
Tugas 13 : Aliran dalam seni rupa yang bertitik tolak dari penyederhanaan bentuk-bentuk alam secara geometris (berkotak-kotak) disebut aliran ....
Tugas 14 : Lukisan reproduksi lukisan “Monalisa “ karya Leonardo da Vinci tetapi diberi kumis yang kemudian dipamerkan di suatu galeri. Adalah contoh bentuk lukisan aliran ....
Tugas 15 : Aliran seni ruap yang ditandai oleh tema-tema yang fantastis, penuh khayal, atau petualangan para pahlawan purba. Juga banyak menampilkan berbagai perilaku dan karakter manusia yang dilebih-lebihkan, adalah aliran ......
Tugas 16 : Kadinsky dan Piet Mondrian merupakan sebagian perupa beraliran .....


5. Teori Warna







Lingkaran warna
Dalam http://id.wikipedia.org, Teori Brewster tentang warna pertama kali dikemukakan pada tahun 1831. Teori ini menyederhanakan warna-warna yang ada di alam menjadi 4 kelompok warna, yaitu warna primer, sekunder, tersier, dan warna netral.
Kelompok warna ini sering disusun dalam lingkaran warna brewster. Lingkaran warna brewster mampu menjelaskan teori kontras warna (komplementer), split komplementer, triad, dan tetrad.

5.1. Pembagian warna
a. Warna primer
Merupakan warna dasar yang tidak merupakan campuran dari warna-warna lain. Warna yang termasuk dalam golongan warna primer adalah merah, biru, dan kuning.
b. Warna sekunder
Merupakan hasil pencampuran warna-warna primer dengan proporsi 1:1. Misalnya warna jingga merupakan hasil campuran warna merah dengan kuning, hijau adalah campuran biru dan kuning, dan ungu adalah campuran merah dan biru.
c. Warna tersier
Merupakan campuran salah satu warna primer dengan salah satu warna sekunder. Misalnya warna jingga kekuningan didapat dari pencampuran warna kuning dan jingga.
d. Warna netral
Warna netral merupakan hasil campuran ketiga warna dasar dalam proporsi 1:1:1. Warna ini sering muncul sebagai penyeimbang warna-warna kontras di alam. Biasanya hasil campuran yang tepat akan menuju hitam.

5.2. Warna panas dan dingin
Lingkaran warna primer hingga tersier bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok warna panas dan warna dingin. Warna panas dimulai dari kuning kehijauan hingga merah. Sementara warna dingin dimulai dari ungu kemerahan hingga hijau.
Warna panas akan menghasilkan sensasi panas dan dekat. Sedang warna dingin sebaliknya. Suatu karya seni disebut memiliki komposisi warna harmonis jika warna-warna yang terdapat di dalamnya menghasilkan efek hangat-sedang.
5.3. Hubungan antar warna
a. Kontras komplementer
Adalah dua warna yang saling berseberangan (memiliki sudut 180°) di lingkaran warna. Dua warna dengan posisi kontras komplementer menghasilkan hubungan kontras paling kuat. Misalnya jingga dengan biru.
b. Kontras split komplemen
Adalah dua warna yang saling agak berseberangan (memiliki sudut mendekati 180°). Misalnya Jingga memiliki hubungan split komplemen dengan hijau kebiruan.
c. Kontras triad komplementer
Adalah tiga warna di lingkaran warna yang membentuk segitiga sama kaki dengan sudut 60°.
d. Kontras tetrad komplementer
Disebut juga dengan double komplementer. Adalah empat warna yang membentuk bangun segi empat (dengan sudut 90°).

Seni Kriya

Pengertian Seni Kriya

Seni kriya adalah cabang seni yang menekankan pada ketrampilan tangan yang tinggi dalam proses pengerjaannya. Seni kriya berasal dari kata “Kr” (bhs Sanskerta) yang berarti ‘mengerjakan’, dari akar kata tersebut kemudian menjadi karya, kriya dan kerja. Dalam arti khusus adalah mengerjakan sesuatu untuk menghasilkan benda atau obyek yang bernilai seni” (Prof. Dr. Timbul Haryono: 2002).
Dalam pergulatan mengenai asal muasal kriya Prof. Dr. Seodarso Sp dengan mengutif dari kamus, mengungkapkan “perkataan kriya memang belum lama dipakai dalam bahasa Indonesia; perkataan kriya itu berasal dari bahasa Sansekerta yang dalam kamus Wojowasito diberi arti; pekerjaan; perbuatan, dan dari kamus Winter diartikan sebagai ‘demel’ atau membuat”. (Prof. Dr. Soedarso Sp, dalam Asmudjo J. Irianto, 2000)
Sementara menurut Prof. Dr. I Made Bandem kata “kriya” dalam bahasa indonesia berarti pekerjaan (ketrampilan tangan). Di dalam bahasa Inggris disebut craft berarti energi atau kekuatan. Pada kenyataannya bahwa seni kriya sering dimaksudkan sebagai karya yang dihasilkan karena skill atau ketrampilan seseorang”. (Prof. Dr. I Made Bandem, 2002)
Dari tiga uraian ini dapat ditarik satu kata kunci yang dapat menjelaskan pengertian kriya adalah; kerja, pekerjaan, perbuatan, yang dalam hal ini bisa diartikan sebagai penciptaan karya seni yang didukung oleh ketrampilan (skill) yang tinggi.
Seperti telah disinggung diawal bahwa istilah kriya digali khasanah budaya Indonesia tepatnya dari budaya Jawa tinggi (budaya yang berkembang di dalam lingkup istana pada sistem kerajaan). Denis Lombard dalam bukunya Nusa Jawa: Silang budaya, menyatakan ‘istilah kriya yang diambil dari kryan menunjukkan pada hierarki strata pada masa kerajaan Majapahit, sebagai berikut; “Pertama-tama terdapat para mantri, atau pejabat tinggi serta para arya atau kaum bangsawan, lalu para kryan yang berstatus kesatriya dan para wali atau perwira, yang tampaknya juga merupakan semacam golongan bangsawan rendah’. (Denis Lombard dalam Prof. SP. Gustami, 2002)
Menyimak pendapat Prof. SP. Gustami yang menguraikan bahwa; seni kriya merupakan warisan seni budaya yang adi luhung, yang pada zaman kerajaan di Jawa mendapat tempat lebih tinggi dari kerajinan. Seni kriya dikonsumsi oleh kalangan bangsawan dan masyarakat elit sedangkan kerajinan didukung oleh masyarakat umum atau kawula alit, yakni masyarakat yang hidup di luar tembok keraton. Seni kriya dipandang sebagai seni yang unik dan berkualitas tinggi karena didukung oleh craftmanship yang tinggi, sedangkan kerajinan dipandang kasar dan terkesan tidak tuntas. Bedakan pembuatan keris dengan pisau baik proses, bahan, atau kemampuan pembuatnya.
Lebih lanjut Prof. SP. Gustami menjelaskan perbedaan antara kriya dan kerajinan dapat disimak pada keprofesiannya, kriya dimasa lalu yang berada dalam lingkungan istana untuk pembuatnya diberikan gelar Empu. Dalam perwujudannya sangat mementingkan nilai estetika dan kualitas skill. Sementara kerajinan yang tumbuh di luar lingkungan istana, si-pembuatnya disebut dengan Pandhe. Perwujudan benda-benda kerajinan hanya mengutamakan fungsi dan kegunaan yang diperuntukkan untuk mendukung kebutuhan praktis bagi masyarakat (rakyat). (Prof. SP. Gustami, 2002) Pengulangan dan minimnya pemikiran seni ataupun estetika adalah satu ciri penanda benda kerajinan.
Pemisahan yang berdasarkan strata atau kedudukan tersebut mencerminkan posisi dan eksistensi seni kriya di masa lalu. Seni kriya bukanlah karya yang dibuat dengan intensitas rajin semata, di dalamnya terkandung nilai keindahan (estetika) dan juga kualitas skill yang tinggi. Sedangkan kerajinan tumbuh atas desakan kebutuhan praktis dengan mempergunakan bahan yang tersedia dan berdasarkan pengalaman kerja yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari.
Kembali ditegaskan oleh Prof. SP. Gustami: seni kriya adalah karya seni yang unik dan punya karakteristik di dalamnya terkandung muatan-muatan nilai estetik, simbolik, filosofis dan sekaligus fungsional oleh karena itu dalam perwujudannya didukung craftmenship yang tinggi, akibatnya kehadiran seni kriya termasuk dalam kelompok seni-seni adiluhung (Prof. SP.Gustami, 1992:71).
Uraian tadi menyiratkan bahwa kriya merupakan cabang seni yang memiliki muatan estetik, simbolik dan filosofis sehingga menghadirkan karya-karya yang adiluhung dan munomental sepanjang jaman. Praktek kriya pada masa lalu dibedakan dari kerajinan, kriya berada dalam lingkup istana (kerajaan) pembuatnya diberi gelar Empu. Sedangkan kerajinan yang berakar dari kata “rajin” berada di luar lingkungan istana, dilakoni oleh rakyat jelata dan pembuatnya disebut pengerajin atau pandhe.
Dari beberapa pendapat yang telah dibahas sebelumnya menjelaskan bahwa wujud awal seni kriya lebih ditujukan sebagai seni pakai (terapan). Praktek seni kriya pada awalnya bertujuan untuk membuat barang-barang fungsional, baik ditujukan untuk kepentingan keagamaan (religius) atau kebutuhan praktis dalam kehidupan manusia seperti; perkakas rumah tangga. Contohnya dapat kita saksikan pada dari artefak-artefak berupa kapak dan perkakas pada jaman batu serta peninggalan-peninggalan dari bahan perunggu pada jaman logam berupa; nekara, moko, candrasa, kapak, bejana, hingga perhiasan seperti; gelang, kalung, cincin. Benda-benda tersebut dipakai sebagai perhiasan, prosesi upacara ritual adat (suku) serta kegiatan ritual yang bersifat kepercayaan seperti; penghormatan terhadap arwah nenek moyang.
Masuknya agama Hindu dan Budha memberikan perubahan tidak saja dalam hal kepercayaan, tetapi juga pada sistem sosial dalam masyarakat. Struktur pemerintahan kerajaan dan sistem kasta menimbulkan tingkatan status sosial dalam masyarakat. Masuknya pengaruh Hindu–Budha di Indonesia terjadi akibat asimilasi serta adaptasi kebudayaan Hindu-Budha India yang dibawa oleh para pedagang dan pendeta Hindu-Budha dari India dengan kebudayaan prasejarah di Indonesia. Kedua sistem keagamaan ini mengalami akulturasi dengan kepercayaan yang sudah ada sebelumnya di Indonesia yaitu pengkultusan terhadap arwah nenek moyang, dan kepercayaan terhadap spirit yang ada di alam sekitar. Kemudian kerap tumpang tindih dan bahkan terpadu ke dalam pemujaan-pemujaan sinkretisme Hindu-Budha Indonesia. (Claire Holt diterjemahkan oleh RM. Soedarsono, 2000)
Tumbuh dan berkembangnya kebudayan Hindu-Budha di Indonesia kemudian melahirkan kesenian berupa seni ukir dengan beraneka ragam hias, dan patung perwujudan dewa-dewa. Dalam sistem sosial kemudian lahir sistem pemerintahan kerajaan yang berdasarkan kepada kepercayaan Hindu seperti kerajaan Sriwijaya di Sumatra, kerajaan Kutai di Kalimantan, kerajaan Tarumanagara di Jawa Barat, Mataram Kuno Jawa Tengah. Hingga kerajaan Majapahit di Jawa Timur dengan maha patih Gajah Mada yang tersohor, yang kemudian membawa pengaruh Hindu ke Bali. Seni ukir tradisional masih diwarisi hingga saat ini.
Peran seni kriyapun menjadi semakin berkembang tidak saja sebagai komponen dalam hal kepercayaan/agama, namun juga menjadi konsumsi golongan elit bangsawan yaitu sebagai penanda status kebangsawanan. Kondisi tersebut menjadikan kriya sebagai seni yang bersifat elitis karena menduduki posisi terhormat pada masanya, berbeda dengan kerajinan yang cenderung tumbuh pada kalangan masyarakat biasa atau golongan rendah.
Akan tetapi keadaannya berbeda pada masa modern, dimana tingkatan sosial seperti pada masa kerajaan yang disebut “kasta” sudah tidak lagi eksis. Kalaupun ada tingkatan sosial kini tidak lagi berdasarkan “kasta” atau kebangsawanan yang dimiliki oleh seseorang, akan tetapi kemapanan ekonomi kini menjadi penanda bagi status seseorang. Artinya tarap ekonomi yang dimiliki seseorang dapat membedakan posisi mereka dari orang lain, secara sederhana kekuasan sekarang ditentukan oleh kemampuan ekonomi yang dimiliki seseorang. Dalam sistem masyarakat modern kondisinya telah berubah kaum elit yang dulunya ditempati oleh kaum bangsawan (ningrat), sekarang digantikan kalangan konglomerat (pemilik modal). Kondisi ini membawa dampak bagi pada posisi kriya, karena kini kriya mulai kehilangan struktur sosial yang menopang eksistensinya seperti pada masa lalu.
Situasi ini menjadikan kriya tidak lagi menjadi seni yang spesial karena posisi terhormatnya di masa lalu kini sudah terancam tidak eksis lagi, kriya kini menjadi sebuah artefak warisan masa lalu. Terlebih lagi dalam industri budaya seperti sekarang kedudukan kriya kini tidak lebih sebagai obyek pasar, yang diproduksi secara masal dan diperjualbelikan demi kepentingan ekonomi. Kriya kini mengalami desakralisasi dari posisi yang terhormat di masa lalu, yang adiluhung merupakan artefak yang tetap dihormati namun sekaligus juga direduksi dan diproduksi secara terus-menerus.
Kehadiran kriya pada jenjang pendidikan adalah sebuah upaya mengangkat kriya dari hanya sebagai artefak, untuk menjadikannya sebagai seni yang masih bisa eksis dan terhormat sekaligus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman. Inilah tugas berat insan kriya kini. Dalam perkembangan selanjutnya sejalan dengan perkembangan jaman, konsep kriyapun terus berkembang. Perubahan senantiasa menyertai setiap gerak laju perkembangan zaman, praktek seni kriya yang pada awalnya sarat dengan nilai fungsional, kini dalam prakteknya khususnya di akademis seni kriya mengalami pergeseran orientasi penciptaan. Kriya kini menjelma menjadi hanya pajangan semata dengan kata lain semata-mata seni untuk seni. Pergerakan ini kemudian melahirkan kategori-kategori dalam tubuh kriya, kategori tersebut antara lain kriya seni, dan desain kriya.

Batik

Pengertian Batik
Secara etimologi kata ambatik berasal dari kata tik yang berarti kecil/titik dapat diartikan menulis atau menggambar serba rumit (kecil-kecil). Batik sama artinya dengan menulis. Tetapi batik secara umum memiliki arti khusus yaitu melukis pada kain mempergunakan lilin (malam) dengan mempergunakan canting).
Yang dimaksud dengan teknik membuat batik adalah proses pekerjaan dari tahap persiapan kain sampai menjadi kain batik. Pekerjaan persiapan meliputi segala pekerjaan pada kain mori hingga siap dibuat batik seperti nggirah/ngetel (mencuci), nganji (menganji), ngemplong (seterika), kalendering. Sedangkan proses membuat batik meliputi pekerjaan pembuatan batik yang sebenarnya terdiri dari pembuatan motif, pelekatan lilin batik pada kain sesuai motif,, pewarnaan batik (celup, colet, lukis /painting, printing), yang terakhir adalah penghilangan lilin dari kain . Teknologi pembuatan batik di Indonesia pada prinsipnya berdasarkan Resist Dyes Technique (Teknik celup rintang) dimana pembuatannya semula dikerjakan dengan cara ikat – celup motif yang sangat sederhana, kemudian menggunakan zat perintang warna. Pada mulanya sebagai zat perintang digunakan bubur ketan, kemudian diketemukan zat perintang dari malam(lilin) dan digunakan sampai sekarang
Untuk membuat motif batik umumnya dilakukan dengan cara tulis tangan dengan canting tulis (batik tulis atau batik painting), menggunakan cap dari tembaga disebut (batik cap), dengan jalan dibuat motif pada mesin printing (batik printing), dengan cara dibordir disebut batik bordir, serta dibuat dengan kombinasi kombinasi cara-cara yang telah disebutkan.
Di pasaran kain batik dibedakan menjadi 2 jenis berdasarkan cara pembuatan motif batiknya. Yang pertama adalah Kain batik yaitu kain yang motifnya bercorak batik yang dibuat/digambar dengan cara pelekatan lilin (malam). Sedangkan kain bermotif batik adalah kain yang bermotif/bercorak batik tetapi motifnya tidak digambar melalui pelekatan lilin batik, biasanya dengan mesin printing tekstil, bodrir dan ataupun ornamen batik tanpa melalui pelekatan lilin.
Sejarah Batik di Indonesia
Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan Yogyakarta.

Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam. Banyak daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi alat perjaungan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedangan Muslim melawan perekonomian Belanda.

Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.

Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.

Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanahlumpur.

Jaman MajapahitBatik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majahit, pat ditelusuri di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Mojoketo adalah daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit. Kaitannya dengan perkembangan batik asal Majapahit berkembang di Tulung Agung adalah riwayat perkembangan pembatikan didaerah ini, dapat digali dari peninggalan di zaman kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulungagung yang sebagian terdiri dari rawa-rawa dalam sejarah terkenal dengan nama daerah Bonorowo, yang pada saat bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai oleh seorang yang benama Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan Majapahit.

Diceritakan bahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahati, Adipati Kalang tewas dalam pertempuran yang konon dikabarkan disekitar desa yang sekarang bernama Kalangbret. Demikianlah maka petugas-petugas tentara dan keluara kerajaan Majapahit yang menetap dan tinggal diwilayah Bonorowo atau yang sekarang bernama Tulungagung antara lain juga membawa kesenian membuat batik asli.
• Sejarah Batik Pekalongan
Meskipun tidak ada catatan resmi kapan batik mulai dikenal di Pekalongan, namun menurut perkiraan batik sudah ada di Pekalongan sekitar tahun 1800. Bahkan menurut data yang tercatat di Deperindag, motif batik itu ada yang dibuat 1802, seperti motif pohon kecil berupa bahan baju.

Namun perkembangan yang signifikan diperkirakan terjadi setelah perang besar pada tahun 1825-1830 di kerajaan Mataram yang sering disebut dengan perang Diponegoro atau perang Jawa. Dengan terjadinya peperangan ini mendesak keluarga kraton serta para pengikutnya banyak yang meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah Timur dan Barat. Kemudian di daerah - daerah baru itu para keluarga dan pengikutnya mengembangkan batik.

Ke timur batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulungagung hingga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik berkembang di Banyumas, Kebumen, Tegal, Cirebon dan Pekalongan. Dengan adanya migrasi ini, maka batik Pekalongan yang telah ada sebelumnya semakin berkembang.

Seiring berjalannya waktu, Batik Pekalongan mengalami perkembangan pesat dibandingkan dengan daerah lain. Di daerah ini batik berkembang di sekitar daerah pantai, yaitu di daerah Pekalongan kota dan daerah Buaran, Pekajangan serta Wonopringgo.
• Batik Pekalongan, antara Masa Lampau dan Kini
Batik pekalongan menjadi sangat khas karena bertopang sepenuhnya pada ratusan pengusaha kecil, bukan pada segelintir pengusaha bermodal besar. Sejak berpuluh tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik pekalongan dikerjakan di rumah-rumah.

Akibatnya, batik pekalongan menyatu erat dengan kehidupan masyarakat Pekalongan yang kini terbagi dalam dua wilayah administratif, yakni Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Batik pekalongan adalah napas kehidupan sehari-sehari warga Pekalongan. Ia menghidupi dan dihidupi warga Pekalongan.

Meskipun demikian, sama dengan usaha kecil dan menengah lainnya di Indonesia, usaha batik pekalongan kini tengah menghadapi masa transisi. Perkembangan dunia yang semakin kompleks dan munculnya negara pesaing baru, seperti Vietnam, menantang industri batik pekalongan untuk segera mentransformasikan dirinya ke arah yang lebih modern.

Gagal melewati masa transisi ini, batik pekalongan mungkin hanya akan dikenang generasi mendatang lewat buku sejarah.

Ketika itu, pola kerja tukang batik masih sangat dipengaruhi siklus pertanian. Saat berlangsung masa tanam atau masa panen padi, mereka sepenuhnya bekerja di sawah. Namun, di antara masa tanam dan masa panen, mereka bekerja sepenuhnya sebagai tukang batik.

Zaman telah berubah. Pekerja batik di Pekalongan kini tidak lagi didominasi petani. Mereka kebanyakan berasal dari kalangan muda setempat yang ingin mencari nafkah. Hidup mereka mungkin sepenuhnya bergantung pada pekerjaan membatik.

Apa yang dihadapi industri batik pekalongan saat ini mungkin adalah sama dengan persoalan yang dihadapi industri lainnya di Indonesia, terutama yang berbasis pada pengusaha kecil dan menengah.

Persoalan itu, antara lain, berupa menurunnya daya saing yang ditunjukkan dengan harga jual produk yang lebih tinggi dibanding harga jual produk sejenis yang dihasilkan negara lain. Padahal, kualitas produk yang dihasikan negara pesaing lebih baik dibanding produk pengusaha Indonesia.

Penyebab persoalan ini bermacam-macam, mulai dari rendahnya produktivitas dan keterampilan pekerja, kurangnya inisiatif pengusaha untuk melakukan inovasi produk, hingga usangnya peralatan mesin pendukung proses produksi.
• Perkembangan Batik di Indonesia
Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta.

Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.

Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria.
• Perkembangan Batik di Daerah
1. Banyumas
Perkembangan batik di Banyumas berpusat di daerah Sokaraja dibawa oleh pengikut-pengikut Pangeran Diponegero setelah selesa-inya peperangan tahun 1830, mereka kebanyakan menet-ap didaerah Banyumas. Pengikutnya yang terkenal waktu itu ialah Najendra dan dialah mengembangkan batik celup di Sokaraja. Bahan mori yang dipakai hasil tenunan sendiri dan obat pewama dipakai pohon tom, pohon pace dan mengkudu yang memberi warna merah kesemuan kuning.

Lama kelamaan pembatikan menjalar pada rakyat Sokaraja dan pada akhir abad ke-XIX berhubungan langsung dengan pembatik didaerah Solo dan Ponorogo. Daerah pembatikan di Banyumas sudah dikenal sejak dahulu dengan motif dan wama khususnya dan sekarang dinamakan batik Banyumas. Setelah perang dunia kesatu pembatikan mulai pula dikerjakan oleh Cina disamping mereka dagang bahan batik.
2. Ciamis
Pembatikan dikenal di Ciamis sekitar abad ke-XIX setelah selesainya peperangan Diponegoro, dimana pengikut-pengikut Diponegoro banyak yang meninggalkan Yogyakarta, menuju ke selatan. Sebagian ada yang menetap didaerah Banyumas dan sebagian ada yang meneruskan perjalanan ke selatan dan menetap di Ciamis dan Tasikmalaya sekarang. Mereka ini merantau dengan keluargany a dan ditempat baru menetap menjadi penduduk dan melanjutkan tata cara hidup dan pekerjaannya. Sebagian dari mereka ada yang ahli dalam pembatikan sebagai pekerjaan kerajinan rumah tangga bagi kaum wanita. Lama kelamaan pekerjaan ini bisa berkembang pada penduduk sekitarnya akibat adanya pergaulan sehari-hari atau hubungan keluarga. Bahan-bahan yang dipakai untuk kainnya hasil tenunan sendiri dan bahan catnya dibuat dari pohon seperti: mengkudu, pohon tom, dan sebagainya.
3. Pembatikan di Jakarta
Pembatikan di Jakarta dikenal dan berkembangnya bersamaan dengan daerah-daerah pembatikan lainnya yaitu kira-kira akhir abad ke-XIX. Pembatikan ini dibawa oleh pendatang-pendatang dari Jawa Tengah dan mereka bertempat tinggal kebanyakan didaerah-daerah pembatikan. Daerah pembatikan yang dikenal di Jakarta tersebar didekat Tanah Abang yaitu: Karet, Bendungan Ilir dan Udik, Kebayoran Lama, dan daerah Mampang Prapatan serta Tebet.

Jakarta sejak zaman sebelum perang dunia kesatu telah menjadi pusat perdagangan antar daerah Indonesia dengan pelabuhannya Pasar Ikan sekarang. Setelah perang dunia kesatu selesai, dimana proses pembatikan cap mulai dikenal, produksi batik meningkat dan pedagang-pedagang batik mencari daerah pemasaran baru. Daerah pasaran untuk tekstil dan batik di Jakarta yang terkenal ialah: Tanah Abang, Jatinegara dan Jakarta Kota, yang terbesar ialah Pasar Tanah Abang sejak dari dahulu sampai sekarang. Batik-batik produksi daerah Solo, Yogya, Banyumas, Ponorogo, Tulungagung, Pekalongan, Tasikmalaya, Ciamis dan Cirebon serta lain-lain daerah, bertemu di Pasar Tanah Abang dan dari sini baru dikirim kedaerah-daerah diluar Jawa. Pedagang-pedagang batik yang banyak ialah bangsa Cina dan Arab, bangsa Indonesia sedikit dan kecil.
4. Pembatikan di Luar Jawa
Dari Jakarta, yang menjadi tujuan pedagang-pedagang di luar Jawa, maka batik kemudian berkembang di seluruh penjuru kota-kota besar di Indonesia yang ada di luar Jawa, daerah Sumatera Barat misalnya, khususnya daerah Padang, adalah daerah yang jauh dari pusat pembatikan dikota-kota Jawa, tetapi pembatikan bisa berkembang didaerah ini.

Sumatera Barat termasuk daerah konsumen batik sejak zaman sebelum perang dunia kesatu, terutama batik-batik produksi Pekalongan (saaingnya) dan Solo serta Yogya. Di Sumatera Barat yang berkembang terlebih dahulu adalah industri tenun tangan yang terkenal “tenun Silungkang” dan “tenun plekat”. Pembatikan mulai berkembang di Padang setelah pendudukan Jepang, dimana sejak putusnya hubungan antara Sumatera dengan Jawa waktu pendudukan Jepang, maka persediaan-persediaan batik yang ada pada pedagang-pedagang batik sudah habis dan konsumen perlu batik untuk pakaian sehari-hari mereka. Ditambah lagi setelah kemerdekaan Indonesia, dimana hubungan antara kedua pulau bertambah sukar, akibat blokade-blokade Belanda, maka pedagang-pedagang batik yang biasa hubungan dengan pulau Jawa mencari jalan untuk membuat batik sendiri.
Batik Pembangunan Di Kota Lain
Setelah perang di 1830, dari sahabat-sahabatnya Dipenogoro disajikan batik di Sokaraja-pusat batik di Banyumas dan tempat Najendra, salah satu Diponegoro kompanyon ditingkatkan dip batik-yang tak dikelantang polos kain tenun yang digunakan adalah produk diri dan pewarna yang digunakan adalah pohon tom , kecepatan dan bengkudu pohon pohon di mana mereka memberi warna merah dan kuning. Dari waktu ke waktu, Batik produksi telah dikembangkan di Sokaraja. Pada akhir abad 19., Mereka langsung melakukan kerjasama dengan batik maker dari Solo dan Ponorogo. Batik produksi daerah yang ditempatkan di Banyumas sudah dikenal sejak beberapa tahun lalu. Itu karena desain dan warna tertentu. Panggilan ke hari orang-orang di Batik Banyumas. Setelah Perang Dunia I, Cina tidak hanya menjadi pedagang batik tetapi juga bahan batik pedagang.
Demikian pula produksi batik di Pekalongan, ini menyebar ke wilayah lain: Buaran, dan Kedungwuni, Wiradesa, dll Batik produksi daerah-daerah yang tidak terlalu lama dari yang di kota-kota lain. It was about 19. Abad. Sementara itu, Yogyakarta dan Solo batik dan pembangunan daerah lainnya yang dekat hubungannya dengan sejarah perkembangan kerajaan Yogya dan Solo.
Setelah akhir Diponegoro melawan, keluarga kerajaan pada pindah dari Yogya - karena mereka tidak mau bekerja sama dengan kolonial Belanda dan batik telah menjadi terkenal dan kemudian menjadi mata pencaharian. Di daerah baru ini, desain telah disesuaikan dengan lingkungan sekitarnya.
Dengan mempertimbangkan proses-nya dan desain, batik Pekalongan itu sepenuhnya dipengaruhi oleh batik dari Demak. Pada awal abad ke-20, yang populer adalah batik proses handwritten batik. Tak dikelantang polos kain yang dibuat dari kedua produk domestik dan impor. Setelah Perang Dunia I, batik cap dan penggunaan obat-asing yang terbuat dari Jerman dan Inggris-baru saja dikenal.
Pada awal abad ke-20, yang menenun, yang menghasilkan benang ikat pinggang yang twined dengan cara yang mudah, yang ditemukan di Pekajangan untuk pertama kalinya. Beberapa tahun kemudian, batik baru saja dikenal. Ia diproses oleh karyawan yang bekerja di sektor menenun. Batik terus berkembang lebih cepat dari tenun ikat pinggang. Selain itu, sebagian besar karyawan pabrik gula di Wonopringgo dan Tirto pernah dipindahkan pada perusahaan batik karena gaji tinggi.
Pada akhir abad 19., Batik dikenal di Tegal. Bahan-bahan yang digunakan adalah produk dalam negeri yang diambil dari berbagai tanaman: bengkudu, nila, soga pohon. Untuk menenun, produk itu sendiri. Untuk pertama kalinya, warna Tegal adalah batik sogan dan babaran abu-abu. Kemudian, ia menambahkan dalam nila (indigo) dan merah-biru. Dalam periode ini, Tegal batik disalurkan luar seperti Jawa Barat. Pedagang yang dibeli di kaki. Secara historis, itu mereka yang hadir batik di Tasik dan Ciamis. Selain itu, baru lainnya comers dari Jawa Tengah telah berpartisipasi dalam mengembangkan batik di daerah ini.
Pada awal abad ke-20, setelah Perang Dunia I, impor tak dikelantang polos kain dan impor obat baru saja dikenal. Sebagian besar pengusaha batik Tegal telah kehabisan modal. Mereka mengambil dasar komoditas dari Pekalongan pada kredit. Dan mereka yang dijual ke Cina yang memberikan kredit mereka. Ketika terjadi krisis ekonomi, yang dijual adalah batik dari Tegal perlambatan bawah. Dari 1934 ia kembali ke awal Perang Dunia II. Ketika Jepang menduduki di Indonesia, batik menjadi lambat lagi.
Demikian pula di Purworejo. Ini terjadi pada waktu yang sama dengan batik di Kebumen. Keduanya berasal dari Yogyakarta sekitar abad 21th. Batik pembangunan di Purwerojo itu lebih cepat dari yang di Kebumen. Sedangkan untuk produksinya, ia produk yang sama seperti Yogyakarta dan Banyumas.
Dalam Bayat, desa yang terletak di kaki Gunung Merapi, sekitar 21 km di sebelah timur dari Klaten, batik telah dikenal dalam waktu yang lama yang lalu. Sesungguhnya sejarahnya memiliki hubungan erat dengan istana Surakarta. Di Kebumen, batik telah ada sekitar abad 19.. Itu disampaikan oleh Jogja pengunjung dalam kasus menyebarkan Islam. Sumur-figur yang Penghulu, pemimpin Islam, Nusjav. Ia orang yang mengembangkan batik di Kebumen dan menetap pertama terletak di sebelah timur dari Sungai Lukolo. Nya warisan adalah sebuah masjid. Proses batik pertama di kota ini disebut "Teng abang atau Blambangan".
Akhirnya, proses terakhir dilakukan di Banyumas atau Solo. Berkaitan dengan pola, ia menggunakan kunyit yang cap yang terbuat dari kayu. Sementara itu pola dan pohon jenis burung. Bahan lainnya yang digunakan adalah bengkudu pohon, kemudu dan nila tom.
Penggunaan obat-obatan impor telah dikenal sekitar 1920. Itu disampaikan oleh BRI karyawan. Untuk mengurangi biaya waktu, akhirnya dia meninggalkan produk itu sendiri. Penggunaan cap sudah dikenal pada tahun 1930 yang disajikan oleh Purnomo dari Yogyakarta. Batik daerah di Kebumen yang Watugarut, dll Tanurekso
Oleh saat ini tentang warisan sejarah dan yang terakhir, mungkin akan mempertimbangkan bahwa batik telah dikenal sejak masa Tarumanegara di Tasikmalaya. Salah satunya adalah pohon Tarum. Ia menjabat sebagai proses batik. Desa untuk tetap membuat batik ini adalah Wurug, Sukapura, Mangunraja, Maronjaya dan Tasikmalaya kota. Untuk waktu yang lama yang lalu, yang paling ramai adalah tempat Sukapura dan Indihiang-desa yang terletak di perbatasan Tasikmalaya-kota dan 19. Dalam 18. Abad, perang dari kerajaan Jawa Tengah terjadi. Ia memimpin sebagian besar penduduk di Tegal, Pekalongan, Banyumas dan Kudus pengunjung ke wilayah barat dan tinggal di Ciamis dan Tasik. Kebanyakan dari mereka adalah pengusaha batik dan mereka berlari perdagangan batik di sana. Oleh karena itu, ia dikenal dengan produksi batik Soga yang berasal dari Jawa Tengah. Peristiwa batik produksi batik di Tasikmalaya adalah kombinasi dari Pekalongan, Tegal, Banyumas dan Kudus. Ia berbagai desain dan warna.
Di Ciamis, batik sudah dikenal di abad 19., Setelah Perang Diponegoro. Itu karena peran Diponegoro sekandang. Mereka telah disajikan dan dibuat sebagai mata pencaharian. Materi yang digunakan untuk kain tenun itu sendiri. Untuk lukisan, ia dibuat dari pohon seperti bengkudu dan pohon tom. Untuk pola, hal ini merupakan kombinasi dari batik Jawa Tengah dan produk lokal terutama garutan pola dan warna. Hingga abad ke-20, produksi batik di Ciamis telah berkembang langkah demi langkah diri dari permintaan untuk pasar distribusi.
Di Cirebon, asal batik berasal dari Kanoman, Kasepuhan, dan Keprabonan. Ia cerita yang sama seperti Batik Yogyakarta dan Solo. Namun, dengan fitur khusus yang flora dan fauna gambar. Ada juga pantai pola pikiran dipengaruhi oleh Cina dan Garuda burung, dipengaruhi oleh batik Yogya dan Solo.
Seperti daerah lain, di Jakarta, batik sudah dikenal di abad 19., Jawa Tengah yang disajikan oleh pengunjung. Batik daerah yang beredar di Jakarta adalah Karet, bendungan Ilir dan Udik, Kebayoran lama, Mampang Prapatan serta Tebet. Sebelum Perang Dunia I, Jakarta, khususnya pasar ikan Harbor, interregional telah menjadi pusat perbelanjaan di Indonesia. Setelah Perang Dunia I, ketika cap batik yang telah dikenal, produksi batik meningkat dan pedagang batik mencari daerah yang baru sedangkan yang tekstil dan batik di Jakarta adalah kawasan Tanah Abang (yang paling terkenal dari orang lain), Jatinegara dan Jakarta Kota. Batik produksi lokal dari Solo, Yogya, Banyumas, Ponorogo, Tulungagung, Pekalongan, Tasikmalaya, Ciamis dan Cirebon berkumpul di Tanah abang dan telah dikirim ke daerah lain dari Jawa. Dibandingkan dengan Cina dan Arab pedagang batik, Indonesia lebih kecil dari yang lain. Berdasarkan fakta ini, mereka memiliki inisiatif untuk mendirikan perusahaan batik di Tanah abang, Jakarta.
Setelah Word War I, pengusaha batik adalah karyawan Cina yang berasal dari Pekalongan, Yogya, Solo, serta tenaga kerja lokal. Selanjutnya, setelah mempertimbangkan proses-nya, asal penduduk menyiapkan batik Perusahaan pola dan proses yang telah disesuaikan oleh Pekalongan, Yogya, Solo, dan Banyumas batik. Komoditi batik yang digunakan adalah produk tenun diri juga sebagai obat-obatan, yang terbuat dari bengkudu, kayu, dll kunir dasar kain katun halus menjadi terkenal dan distribusi berada di pasar Tanah Abang pasar dan sekitarnya. Selain itu, batik yang menyebar di beberapa bagian kota: Padang, Sumatera Barat, dan daerah lainnya dari Jawa.
Pada akhir Perang Dunia I, Sumatera Barat adalah salah satu pelanggan batik dari Pekalongan, Solo dan Yogya. Namun, tangan-tenun Silungkang dan tenun plekat-wujud pertama dari orang lain.
Setelah Jepang, terdapat kekurangan stok batik di Padang sedangkan permintaan terus meningkat dari hari ke hari. Pelanggan memerintahkan untuk kegiatan mereka sehari-hari. Ada yang serius yang disebabkan oleh konflik antara Sumatera dan Jawa serta blockades Belanda. Terkait dengan hal ini, para pedagang batik itu mencoba untuk memproduksi sendiri batik. Dengan memiliki produk sendiri dan melaksanakan penelitian canggih batik dari luar Jawa, mereka mengambil pola dan diterapkan dalam kayu sebagai alat cap. Batik sendiri obat yang digunakan adalah produk yang terbuat dari berbagai tanaman: bengkudu, kunyit, gambir, damar dll White memiliki latar belakang yang diambil dari bekas / second hand satu tangan dan produk tenun.
Dalam 1946, perusahaan pertama yang muncul di wilayah sampan, Padang Pariaman: Bagindo Idris, Sidi, Ali, Sidi Zokaria, Sutan Salim, Sutan Syamsudin dan Payakumbuh. Dalam 1948, ia muncul Sir Waslim (dari Pekalongan) dan Sutan Rajab. Pada tahun 1949 kebanyakan mereka menyiapkan Batik Perusahaan menggunakan bahan yang dibuat di Singapura melalui pelabuhan Padang dan Pekanbaru. Setelah buka kerja sama dengan Jawa, bahkan mereka tidak dapat menjalankan bisnis mereka. Sebagian besar dari Padang batik telah hitam, kuning, merah dan warna ungu. Mereka digunakan Banyumasan, Indramayu, Yogya, Solo dan pola. Saat ini, pola yang lebih baik dari sebelumnya. Namun, jauh lebih buruk daripada yang di Jawa. Yang digunakan adalah alat stempel yang terbuat dari logam dan sebagian besar dari produksi yang sarung.

Perbedaan Batik Pekalongan dengan batik daerah lain, misalnya Batik Solo atau Batik Yogyakarta.

Batik Pekalongan yang sering dikenal dengan batik pesisiran mempunyai karakter dinamis dan kaya warna, sehingga Batik Pekalongan lebih mudah dirancang menjadi berbagai jenis sandang yang tidak hanya cocok untuk acara resepsi, tapi juga untuk acara hiburan. Dalam menentukan bentuk motif lebih bebas dan tidak terpaku pakem, dan biasanya dihubungkan dengan kondisi sosial kultural masyarakat Pekalongan.

Sedangkan Batik Solo maupun Yogyakarta yang sering dikenal dengan Batik Mataram itu sangat sederhana dalam pewarnaan. Warna yang sering dipakai adalah biru, kuning muda dan putih. Motif Batik Solo maupun Yogyakarta banyak mengandung arti filosofi dan sarat dengan makna kehidupan.

Pengelompokan Batik berdasarkan metode pembuatannya
Pengelompokan Batik berdasarkan metode pembuatannya adalah sebagai berikut :
a. Batik tulis
yaitu batik yang motifnya dibentuk dengan tangan, yaitu digambar dengan pensil dan canting untuk penutup atau pelindung terhadap zat warna (lihat cara membuat batik tulis).
b. Batik cap
yaitu batik yang pembuatan motifnya menggunakan stempel (canting-cap). Cap ini biasanya terbuat dari tembaga yang telah digambar pola dan dibubuhi malam (cairan lilin panas).
c. Batik tulis-Cap
yaitu batik proses pembikinannya menggunakan pola model batik tulis dan juga ada beberapa bagian yang diisi oleh cap.
d. Batik sablon
yaitu batik yang motifnya dicetak dengan klise / hand print.
e. Batik painting (Lukisan)
yaitu batik yang dibuat tanpa pola, tetapi langsung meramu warna di atas kain.
f. Batik printing (baca : kain bermotif batik)
yaitu batik yang penggambarannya menggunakan mesin. Jenis batik ini dapat diproduksi dalam jumlah besar karena menggunakan mesin modern. Kemunculan batik printing dipertanyakan oleh beberapa seniman dan pengrajin batik karena dianggap merusak tatanan dalam seni batik, sehingga mereka lebih suka menyebutnya kain bermotif batik.
Perbedaan Batik Tulis dan Batik Cap
Perkembangan batik pada masa sekarang cukup menggembirakan, hal ini berdampak positif bagi produsen batik-batik di berbagai daerah. Permintaan batik tulis maupun batik cap sangat tinggi sekali, walaupun kebutuhan pasar batik tersebut sebagian sudah dipenuhi dengan tekstil bermotif batik yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan tekstil yang bermodal besar. Beberapa pengrajin batik menghendaki untuk pembayaran di muka agar produksinya bisa lancar dan pembeli akan segera menerima pesanan yang diminta, hal ini mengingatkan pada masa tahun 70-an dimana pada waktu itu batik juga mengalami permintaan yang cukup lumayan jumlahnya.

Perbedaan batik tulis dan batik cap bisa dilihat dari beberapa hal sbb:

Batik Tulis

1. Dikerjakan dengan menggunakan canting yaitu alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk bisa menampung malam (lilin batik) dengan memiliki ujung berupa saluran/pipa kecil untuk keluarnya malam dalam membentuk gambar awal pada permukaan kain.
2. Bentuk gambar/desain pada batik tulis tidak ada pengulangan yang jelas, sehingga gambar nampak bisa lebih luwes dengan ukuran garis motif yang relatif bisa lebih kecil dibandingkan dengan batik cap.
3. Gambar batik tulis bisa dilihat pada kedua sisi kain nampak lebih rata (tembus bolak-balik) khusus bagi batik tulis yang halus.
4. Warna dasar kain biasanya lebih muda dibandingkan dengan warna pada goresan motif (batik tulis putihan/tembokan).
5. Setiap potongan gambar (ragam hias) yang diulang pada lembar kain biasanya tidak akan pernah sama bentuk dan ukurannya. Berbeda dengan batik cap yang kemungkinannya bisa sama persis antara gambar yang satu dengan gambar lainnya.
6. Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan batik tulis relatif lebih lama (2 atau 3 kali lebih lama) dibandingkan dengan pembuatan batik cap. Pengerjaan batik tulis yang halus bisa memakan waktu 3 hingga 6 bulan lamanya.
7. Alat kerja berupa canting harganya relatif lebih murah berkisar Rp. 10.000,- hingga Rp. 20.000,-/pcs.
8. Harga jual batik tulis relatif lebih mahal, dikarenakan dari sisi kualitas biasanya lebih bagus, mewah dan unik.

Batik Cap

1. Dikerjakan dengan menggunakan cap (alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk sesuai dengan gambar atau motif yang dikehendaki). Untuk pembuatan satu gagang cap batik dengan dimensi panjang dan lebar : 20 cm X 20 cm dibutuhkan waktu rata-rata 2 minggu.
2. Bentuk gambar/desain pada batik cap selalu ada pengulangan yang jelas, sehingga gambar nampak berulang dengan bentuk yang sama, dengan ukuran garis motif relatif lebih besar dibandingkan dengan batik tulis.
3. Gambar batik cap biasanya tidak tembus pada kedua sisi kain.
4. Warna dasar kain biasanya lebih tua dibandingkan dengan warna pada goresan motifnya. Hal ini disebabkan batik cap tidak melakukan penutupan pada bagian dasar motif yang lebih rumit seperti halnya yang biasa dilakukan pada proses batik tulis. Korelasinya yaitu dengan mengejar harga jual yang lebih murah dan waktu produksi yang lebih cepat. Waktu yang dibutuhkan untuk sehelai kain batik cap berkisar 1 hingga 3 minggu.
5. Untuk membuat batik cap yang beragam motif, maka diperlukan banyak cap. Sementara harga cap batik relatif lebih mahal dari canting. Untuk harga cap batik pada kondisi sekarang dengan ukuran 20 cm X 20 cm berkisar Rp. 350.000,- hingga Rp. 700.000,-/motif. Sehingga dari sisi modal awal batik cap relatif lebih mahal.
6. Jangka waktu pemakaian cap batik dalam kondisi yang baik bisa mencapai 5 tahun hingga 10 tahun, dengan catatan tidak rusak. Pengulangan cap batik tembaga untuk pemakainnya hampir tidak terbatas.
7. Harga jual batik cap relatif lebih murah dibandingkan dengan batik tulis, dikarenakan biasanya jumlahnya banyak dan miliki kesamaan satu dan lainnya tidak unik, tidak istimewa dan kurang eksklusif.

Disamping adanya perbedaan dari sisi visual antara batik tulis dan batik cap, namun dari sisi produksi ada beberapa kesamaan yang harus dilalui dalam pengerjaan keduanya. Diantaranya adalah sbb:

* Keduanya sama-sama bisa dikatakan kain batik, dikarenakan dikerjakan dengan menggunakan bahan lilin sebagai media perintang warna.
* Dikerjakan hampir oleh tangan manusia untuk membuat gambar dan proses pengerjaan buka tutup warnanya.
* Bahan yang digunakannya juga sama berupa bahan dasar kain yang berwarna putih, dan tidak harus dibedakan jenis bahan dasar benangnya (katun atau sutra) atau bentuk tenunannya.
* Penggunaan bahan-bahan pewarna serta memproses warnanya sama, tidak ada perbedaan anatara batik tulis dan batik cap.
* Cara menentukan lay-out atau patron dan juga bentuk-bentuk motif boleh sama diantara keduanya. Sehingga ketika keduanya dijahit untuk dibuat busana tidak ada perbedaan bagi perancang busana atau penjahitnya. Yang membedakan hanya kualitas gambarnya saja.
* Cara merawat kain batik (menyimpan, menyuci dan menggunakannya) sama sekali tidak ada perbedaan.
* Untuk membuat keduanya diperlukan gambar awal atau sket dasar untuk memudahkan dan mengetahui bentuk motif yang akan terjadi



Alat dan Bahan Pembuatan Batik
Meskipun bentuk seni batik sangat rumit, alat yang digunakan masih sangat sederhana. Yang canting, diyakini menjadi murni Jawa invensi, adalah kecil tipis dinding spouted tembaga kontainer (kadang-kadang disebut lilin pena) yang terhubung ke singkat menangani bambu. Biasanya adalah sekitar 11 cm. panjang. Tembaga kontainer diisi dengan melted wax Artisan dan kemudian menggunakan canting untuk menggambar desain pada kain.
1. Canting




Canting memiliki berbagai ukuran spouts (ke nomor sesuai dengan ukuran) untuk mencapai efek beragam desain. Tergadai dapat bervariasi dari 1 mm untuk diameter rinci sangat baik untuk bekerja lebih luas spouts digunakan untuk mengisi bidang desain besar. Titik dan garis paralel dapat diambil dengan canting yang memiliki hingga 9 spouts. Kadang-kadang menggumpal dari kapas adalah kunci melalui mulut atau canting yang dilampirkan tongkat yang bertindak sebagai sikat untuk mengisi di daerah sangat besar.
2. Wajan
Wajan yang merupakan wadah yang memegang melted wax. Sepertinya kecil bajan. Biasanya itu yang terbuat dari besi atau tanah. Wajan yang ditempatkan pada sebuah batu bata kecil atau kompor arang pembakar semangat yang disebut 'Anglo'. Lilin yang disimpan di negara melted sementara Artisan adalah penerapan lilin pada kain.
3. Lilin
Berbagai jenis dan kualitas dari lilin yang digunakan dalam batik. Waxes umum digunakan untuk batik terdiri dari campuran melilini, digunakan untuk sifat lunak, dan minyak tanah, yang digunakan untuk kegemburan. Resins dapat ditambahkan untuk meningkatkan kerekatan dan hewan Fats menciptakan likuiditas yang lebih besar.
Waxes yang terbaik di Indonesia berasal dari pulau Timor, Sumbawa dan Sumatra; tiga jenis minyak bumi berbasis parafin (putih, kuning dan hitam) digunakan. Dicampur dengan jumlah yang diukur dalam gram dan bervariasi sesuai dengan desain. Wax recipes dapat menjaga rahasia sangat erat. Berbagai warna lilin memungkinkan untuk menyamarkan bagian yang berbeda pola mati melalui berbagai tahapan. Lebih besar dari wilayah yang telah diisi pola dengan lilin yang lebih murah dan kualitas yang lebih berkualitas lilin digunakan di lebih rinci intricately bagian desain.
Lilin yang harus disimpan pada suhu. J lilin yang terlalu dingin akan menyumbat tergadai dari canting. J lilin yang terlalu panas akan mengalir terlalu cepat dan tak terkendali. Artisan yang akan meniup sering menjadi tergadai dari canting lilin sebelum mendaftar ke kain untuk menghapus segala hambatan canting.
4. Cap
Membuat batik sangat memakan waktu kerajinan. Berkembang untuk memenuhi tuntutan dan membuat kain lebih terjangkau massa, pada pertengahan abad ke-19 yang. cap. (cap tembaga - pronounced memotong) telah dikembangkan. Temuan ini diaktifkan yang lebih tinggi volume produksi batik dibandingkan dengan metode tradisional yang entailed aplikasi yang membosankan dari lilin oleh tangan dengan canting.
Setiap cap tembaga blok adalah yang membuat suatu desain unit. Cap yang terbuat dari tembaga 1,5 cm lebar garis yang bengkok ke dalam bentuk desain. Potongan-potongan kecil kawat digunakan untuk titik-titik. Ketika selesai, pola strip tembaga terpasang ke menangani.
Cap yang harus dilakukan tepat. Hal ini terutama benar jika pola yang akan dicap di kedua sisi kain. Adalah penting bahwa kedua sisi topi yang identik sehingga pola akan konsisten.
Kadang-kadang ada cap lasan antara dua grids seperti potongan-potongan tembaga yang akan membuat dasar untuk bagian atas dan tutup dengan lilin theApplying bawah. Blok di potong setengah di pusat sehingga pola pada masing-masing setengah identik. Cap berbeda dalam ukuran dan bentuk, tergantung pada pola yang diperlukan untuk mereka. Hal ini jarang bahwa cap akan melebihi diameter 24 cm, karena hal ini akan membuat penanganan terlalu sulit.
Laki-laki biasanya menangani aplikasi yang menggunakan lilin cap. J potong kain yang melibatkan rumit desain dapat memerlukan sebanyak sepuluh set cap. Penggunaan topi, karena bertentangan dengan canting, untuk menerapkan lilin telah mengurangi jumlah waktu untuk membuat kain.
Saat ini, batik kualitas didefinisikan oleh cap atau tulis, yang berarti kedua tangan-larut desain yang menggunakan canting, atau kombinasi, gabungan dari dua teknik.


5. Warna
Warna tradisional Jawa Tengah batik dibuat dari bahan alami dan terdiri terutama dari krem, biru, coklat dan hitam.
Tertua warna yang digunakan dalam pembuatan batik tradisional adalah biru. Warna dibuat dari daun tanaman dari Indigo. Daun yang telah dicampur dengan gula dan tetes limau dan kiri untuk berdiri di malam hari. Kadang-kadang getah dari Tinggi pohon telah ditambahkan untuk bertindak sebagai agen pemasangan. Lighter biru telah dicapai oleh meninggalkan kain di celup mandi untuk jangka waktu yang singkat. Untuk warna gelap, kain yang akan di celup kiri mandi selama berhari-hari dan mungkin telah terendam hingga 8 - 10 kali sehari.
Dalam batik tradisional, yang kedua warna diterapkan adalah disebut warna coklat soga. Warna bisa mulai dari lampu kuning ke coklat gelap. Celup yang berasal dari kulit yang Soga pohon. Warna lain yang biasanya digunakan adalah warna merah gelap disebut mengkuda. Celup ini dibuat dari daun yang Morinda Citrifolia.
Final hue tergantung berapa lama dengan kain yang kebasahan di mandi celup dan seberapa sering ia dipped. Skilled artisans dapat membuat banyak variasi warna tradisional ini. Selain biru, hijau akan dicapai oleh pencampuran biru dengan kuning; ungu telah diperoleh oleh pencampuran warna biru dan merah. Soga coklat yang dicampur dengan warna biru tua gelap akan menghasilkan warna biru-hitam.

Proses Pembuatan Batik
Teknik pembuatan batik pada awalnya adalah batik tulis dan alat yang digunakan pertama kali adalah canting tulis dari bambu yang kemudian berkembang/diketemukannya canting tulis dari tembaga. Tahapan proses pembuatan batik sebagai berikut:
1) Ngelowong Yaitu menggambari kain dengan lilin, baik menggunakan canthing tangan atau cap (stempel), sifat lilin yang digunakan dalam proses ini harus cukup kuat dan renyah supaya lilin mudah dilepaskan dengan cara dikerok, karena bekas gambar dari lilin ini nantinya akan diberi warna coklat (soga).
2) Nembok Proses ini hampir sama dengan ngelowong tetapi lilin yang digunakan lebih kuat karena lilin ini dimaksudkan untuk menahan warna biru (indigo) dan coklat (soga) agar tidak menembus kain. Bedanya dengan ngelowong adalah nembok untuk menahan warna, sedangkan ngelowong untuk menggambar dan menjadi tempat warna coklat setelah dikerok.
3) Wedelan / Celupan.Tahap ini untuk memberi warna biru dengan menggunakan indigo yang disesuaikan dengan tingkat warna yang dikehendaki. Pada waktu dahulu dengan menggunakan indigo alami dan proses ini berlangsung lebih dari satu minggu untuk warna biru yang lebih tua. Kemudian setelah ada indigo pasta/puder warna biru dapat diperoleh hanya dalam waktu 1-2 hari. Setelah tahun 1965, sedikit sekali orang memakai indigo. Untuk memperoleh warna biru biasanya menggunakan warna kimia yang lebih cepat seperti naphtol, dengan warna naphtol dapat mempercepat proses hanya beberapa menit.
4) Ngerok :Yaitu menghilangkan lilin klowongan untuk tempat warna coklat, pekerjaan ini dilakukan dengan menggunakan potongan kaleng dengan lebar 3 cm,panjang 30 cm yang ditajamkan sebelah lalu dilipat menjadi dua, alat ini disebut cawuk.
5) MbironiKain setelah dikerok pada bagian-bagian yang diinginkan tetap berwarna biru dan putih (cecek/titik-titik), perlu ditutup dengan lilin menggunakan canthing tulis/biron. Hal ini dimaksudkan agar bagian tersebut tidak kemasukan soga apabila disoga.
6) NyogaKain yang telah dibironi lalu diberi warna coklat (disoga) dengan ekstrak pewarna yang terbuat dari kulit kayu, soga, tingi, tegeran, dan lain lain (zat warna alam). Kain tersebut dicelup dalam bak pewarna hingga basah seluruhnya kemudian ditiris hingga kering. Proses ini diulang –ulang hingga sampai mendapatkan warna coklat yang diinginkan. Untuk warna tua sekali proses ini dapat memakan waktu 2 minggu. Jika mnenggunakan pewarna kimia (zat warna sintetis) proses ini dapat selesai dalam waktu satu hari.
7) Mbabar / Ngebyok / NglorodTahap ini untuk membersihkan seluruh lilin yang masih ada di kain dengan cara dimasak dalam air mendidih dengan ditambah air tapioca encer atau TRO agar lilin tidak melekat kembali ke kain
Cara Membuat Batik
Berikut ini adalah alat dan bahan yang harus disiapkan untuk membuat batik tulis :
o Kain mori (bisa terbuat dari sutra atau katun)
o Canting sebagai alat pembentuk motif,
o Gawangan (tempat untuk m enyampirkan kain)
o Lilin (malam) yang dicairkan
o Panci dan kompor kecil untuk memanaskan
o Larutan pewarna
Adapun tahapan-tahapan dalam proses pembutan batik tulis ini:
1. Langkah pertama adalah membuat desain batik yang biasa disebut molani. Dalam penentuan motif, biasanya tiap orang memiliki selera berbeda-beda. Ada yang lebih suka untuk membuat motif sendiri, namun yang lain lebih memilih untuk mengikuti motif-motif umum yang telah ada. Motif yang kerap dipakai di Indonesia sendiri adalah batik yang terbagi menjadi 2 : batik klasik, yang banyak bermain dengan simbol-simbol, dan batik pesisiran dengan ciri khas natural seperti gambar bunga dan kupu-kupu. Membuat design atau motif ini dapat menggunakan pensil.
2. Setelah selesai melakukan molani, langkah kedua adalah melukis dengan (lilin) malam menggunakan canting (dikandangi/dicantangi) dengan mengikuti pola tersebut.
3. Tahap selanjutnya, menutupi dengan lilin malam bagian-bagian yang akan tetap berwarna putih (tidak berwarna). Canting untuk bagian halus, atau kuas untuk bagian berukuran besar. Tujuannya adalah supaya saat pencelupan bahan kedalam larutan pewarna, bagian yang diberi lapisan lilin tidak terkena.
4. Tahap berikutnya, proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin dengan mencelupkan kain tersebut pada warna tertentu .
5. Setelah dicelupkan, kain tersebut di jemur dan dikeringkan.
6. Setelah kering, kembali melakukan proses pembatikan yaitu melukis dengan lilin malam menggunakan canting untuk menutup bagian yang akan tetap dipertahankan pada pewarnaan yang pertama.
7. Kemudian, dilanjutkan dengan proses pencelupan warna yang kedua.
8. Proses berikutnya, menghilangkan lilin malam dari kain tersebut dengan cara meletakkan kain tersebut dengan air panas diatas tungku.
9. Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali proses pembatikan dengan penutupan lilin (menggunakan alat canting)untuk menahan warna pertama dan kedua.
10. Proses membuka dan menutup lilin malam dapat dilakukan berulangkali sesuai dengan banyaknya warna dan kompleksitas motif yang diinginkan.
11. Proses selanjutnya adalah nglorot, dimana kain yang telah berubah warna direbus air panas. Tujuannya adalah untuk menghilangkan lapisan lilin, sehingga motif yang telah digambar sebelumnya terlihat jelas. Anda tidak perlu kuatir, pencelupan ini tidak akan membuat motif yang telah Anda gambar terkena warna, karena bagian atas kain tersebut masih diselimuti lapisan tipis (lilin tidak sepenuhnya luntur). Setelah selesai, maka batik tersebut telah siap untuk digunakan.
12. Proses terakhir adalah mencuci kain batik tersebut dan kemudian mengeringkannya dengan menjemurnya sebelum dapat digunakan dan dipakai.
Alat dan Bahan Pembuatan Batik Tulis
Batik Tulis merupakan batik yang spesial dan mahal dibanding jenis batik yang lain, karena didalam pembuatan batik ini sangat diperlukan keahlian serta pengalaman, ketelitian, kesabaran, ketekunan, ketelatenan dan juga waktu yang lama untuk menyelesaikan sebuah batik tulis. Untuk sebuah batik tulis paling cepat dapat diselesaikan selama dua sampai tiga minggu oleh seorang pembatik, itupun dikarenakan cuaca yang cerah dan desain motif yang biasa dan juga tidak terlalu rumit.
Berikut ini adalah alat dan bahan yang harus disiapkan untuk membuat batik tulis :
1. Kain Mori
Biasa terbuat dari katun atau sutra yang mempunyai warna dasar putih.
2. Canting sebagai alat pembentuk motif
Terbuat dari tembaga yang dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat menampung lilin dan di ujung belakangnya disambung dengan sebuah bambu kecil yang digunakan sebagai pegangan sehingga canting dapat digunakan untuk melukis pada sebuah kain mori.
3. Gawangan dan Bandul
Gawangan terbuat dari bambu atau kayu yang diujung kiri dan kanannya dikasih kaki dari bahan bambu/kayu juga sehingga membentuk sebuah gawang yang berfungsi untuk menyampirkan kain mori tatkala mau dilukis dengan canting dan fungsi bandul disini untuk memberi pemberat supaya kain tidak terbang ketika terkena angin.
4. Lilin atau Malam
Lilin adalah malam yang dicairkan yang digunakan untuk melukis pada sebuah kain mori yang bertujuan untuk menutup kain mori sesuai motif yang diinginkan agar tidak terkena pewarna pada saat kain mori diwarnai sehingga kain yang tertutup lilin akan membentuk motif yang diinginkan pada saat lilin dihilangkan..
5. Panci dan kompor kecil untuk memanaskan lilin (malam)
Panci biasanya terbuat dari bahan aluminium dan kompor kecil berbahan bakar minyak tanah, karena minyak tanah sekarang langka bisa diganti kompor LPG kecil atau kalau mau kembali ke masa lalu memakai kayu bakar.
6. Larutan pewarna
Larutan pewarna bisa berasal dari sintetis atau alami yang berasal dari tumbuh - tumbuhan.
Adapun tahapan-tahapan dalam proses pembutan batik tulis adalah sebagai berikut :
1. Langkah pertama adalah membuat desain atau motif batik yang biasa disebut “molani”. Dalam penentuan motif, biasanya tiap orang memiliki selera berbeda-beda. Ada yang lebih suka untuk membuat motif sendiri, namun yang lain lebih memilih untuk mengikuti motif-motif umum yang telah ada. Motif yang kerap dipakai di Indonesia sendiri adalah batik yang terbagi menjadi 2 : batik klasik, yang banyak bermain dengan simbol-simbol, dan batik pesisiran dengan ciri khas natural seperti gambar bunga, burung dan kupu-kupu. Membuat design atau motif ini dapat menggunakan pensil atau menggunakan kertas yang sudah ada gambar polanya kemudian ditempel dengan kain mori dan caranya diterawang untuk melakukan proses selanjutnya.
2. Setelah selesai melakukan molani, langkah kedua adalah melukis dengan lilin (malam) menggunakan canting dengan mengikuti pola tersebut, pada proses ini gawangan dipakai untuk menyampirkan kain mori yang sedang dilukis menggunakan canting, proses ini biasa disebut “ngengkreng” yang artinya melukis lilin ke kain untuk yang pertama kalinya.
3. Proses selanjutnya mengisi motif atau ornamen-ornamen yang telah dibuat pada proses sebelumnya, proses ini biasa disebut “isen-isen”,isen-isen dapat dibedakan dua jenis yaitu “cecek” dan “sawut”, yang dimaksud cecek adalah titik-titik kecil yang membentuk sebuah ornamen dan sawut adalah garis yang diulang-ulang untuk menutup sebuah ornamen yang nantinya akan diwarna sogan (coklat gosong).
4. Tahap selanjutnya, menutupi dengan lilin (malam) pada bagian-bagian yang akan tetap berwarna putih (tidak berwarna), proses ini biasa disebut “nembok”. Canting untuk bagian halus, atau kuas untuk bagian berukuran besar (penggunaan kuas untuk mempercepat proses). Tujuannya adalah supaya saat pencelupan bahan kedalam larutan pewarna, bagian yang diberi lapisan lilin tidak terkena.
5. Tahap berikutnya adalah proses “medhel”, proses ini adalah pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin dengan mencelupkan kain tersebut pada warna biru tua.
6. Setelah selesai dicelupkan, kain tersebut di jemur dan dikeringkan (pengeringan cukup diangin-anginkan di tempat yang teduh tidak terkena sinar matahari langsung).
7. Setelah proses diatas selesai kemudian dilakukan proses “ngerok” dan “ngremok”, yang dimaksud ngerok adalah proses pengerokan pada ornamen sawut yang nantinya dilakukan pewarnaan sogan dengan menggunakan pisau atau benda logam yang ujungnya tipis dan agak tajam, kemudian dilanjutkan proses ngremok yaitu mengucek atau mencuci bagian yang telah dikerok agar bersih dari lilin.
8. Setelah kering, kembali melakukan proses pembatikan yaitu melukis dengan lilin (malam) menggunakan canting untuk menutup bagian ornamen cecek dan ornamen lain yang akan tetap dipertahankan pada pewarnaan yang pertama, proses ini biasa disebut “mbironi” yang artinya menutup untuk mempertahankan warna biru.
9. Setelah selesai proses mbironi kemudian dilanjutkan dengan proses “nyoga”pada proses ini dilakukan pencelupan warna sogan yaitu warna coklat tua atau coklat gosong, pada proses ini ornamen sawut dan ornamen yang tidak ditutup dengan lilin yang akan berwarna sogan.
10. Proses berikutnya, menghilangkan lilin (malam) dari kain tersebut dengan cara mencelupkan kain tersebut berulang kali ke dalam air panas diatas tungku sampai lilin benar-benar bersih tidak menempel pada kain, proses ini biasa disebut “nglorot” yang artinya meluruhkan atau menghilangkan lilin dari kain.
11. Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali proses pembatikan dengan penutupan lilin (menggunakan alat canting)untuk menahan warna pertama dan kedua, apabila diinginkan penambahan warna sesuai kombinasi warna yang dibutuhkan. Proses membuka dan menutup lilin (malam) dapat dilakukan berulangkali sesuai dengan banyaknya warna dan kompleksitas motif yang diinginkan.
12. Proses selanjutnya atau proses terakhir adalah “nglorot” kembali, tujuannya adalah untuk menghilangkan lapisan lilin, sehingga motif yang telah digambar sebelumnya terlihat jelas. Proses terakhir adalah mencuci kain batik tersebut dan kemudian mengeringkannya dengan menjemurnya sebelum dapat digunakan dan dipakai.
Tips Merawat Batik
Agar warna batik berbahan sutra dan serat tidak cepat pudar, awet dan tetap tampak indah. Mencuci kain batik dengan menggunakan shampo rambut. Sebelumnya, larutkan dulu shampo hingga tak ada lagi bagian yang mengental. Setelah itu baru kain batik dicelupkan.

Anda juga bisa menggunakan sabun pencuci khusus untuk kain batik yang dijual di pasaran. Pada saat mencuci batik jangan digosok. Jangan pakai deterjen. Kalau batik tidak kotor cukup dicuci dengan air hangat. Sedangkan, kalau kotor, misalnya terkena noda makanan, bisa dihilangkan dengan sabun mandi atau bila kotor sekali, seperti terkena buangan knalpot, noda bisa dihilangkan dengan kulit jeruk dengan mengusapkan sabun atau kulit jeruk pada bagian yang kotor.

Sebaiknya Anda juga tidak menjemur kain batik di bawah sinar matahari langsung (tempat teduh). Kain batik jangan dicuci dengan menggunakan mesin cuci. Tak perlu memeras kain batik sebelum menjemurnya. Namun, pada saat menjemur, bagian tepi kain agak ditarik pelan-pelan supaya serat yang terlipat kembali seperti semula.

Sebaiknya hindari penyeterikaan. Kalaupun terlalu kusut, semprotkan air di atas kain kemudian letakkan sebuah alas kain di bagian atas batik itu baru diseterika. Jadi, yang diseterika adalah kain lain yang ditaruh di atas kain batik.

Disarankan untuk menyimpan batik dalam plastik agar tidak dimakan ngengat. Jangan diberi kapur barus, karena zat padat ini terlalu keras sehingga bisa merusak batik. Sebaiknya, almari tempat menyimpan batik diberi merica yang dibungkus dengan tisu untuk mengusir ngengat. Alternatif lain menggunakan akar wangi yang sebelumnya dicelup dulu ke dalam air panas, kemudian dijemur, lalu dicelup sekali lagi ke dalam air panas dan dijemur. Setelah akar wangi kering, baru digunakan

Anda sebaiknya juga tidak menyemprotkan parfum atau minyak wangi langsung ke kain atau pakaian berbahan batik sutera berpewarna alami.

Bila Anda ingin memberi pewangi dan pelembut kain pada batik tulis, jangan disemprotkan langsung pada kainnya. Sebelumnya, tutupi dulu kain dengan koran, baru semprotkan cairan pewangi dan pelembut kain.